- Penelitian baru dari Columbia University memprediksi peningkatan kanker rahim.
- Kanker rahim menunjukkan lonjakan signifikan dalam jumlah kasus dan kematian.
- Perempuan kulit hitam memiliki angka kematian kanker rahim yang lebih tinggi.
- Model alami membantu menentukan tren masa depan kejadian kanker rahim.
- Perlunya strategi baru untuk skrining dan pencegahan kanker rahim.
Tingginya Kematian Kanker Rahim pada Perempuan Kulit Hitam
Kenaikan Kasus Kanker Rahim Diperkirakan Terjadi di AS. Penelitian baru yang dipimpin oleh para peneliti dari Universitas Columbia mem proyeksikan bahwa angka kejadian dan kematian akibat kanker rahim di Amerika Serikat akan meningkat secara signifikan dalam tiga dekade mendatang, dengan dampak yang tidak seimbang pada perempuan kulit hitam. “Temuan kami menunjukkan kebutuhan mendesak untuk mengembangkan strategi baru dalam pencegahan dan skrining kanker rahim pada perempuan yang berisiko tinggi,” jelas Jason D. Wright, penulis utama penelitian yang juga merupakan Profesor Onkologi Ginekologi di Universitas Columbia.
Model Analisis Untuk Memahami Tren Kanker Rahim
Kanker rahim adalah salah satu dari sedikit kanker yang mengalami peningkatan dalam angka kejadian dan tingkat kematian. Dari tahun 2010 hingga 2020, jumlah diagnosis kanker rahim di AS meningkat lebih dari 50%, dari sekitar 43.000 menjadi lebih dari 65.000 kasus. Saat ini, angka kematian akibat kanker rahim di kalangan perempuan kulit hitam sekitar dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan kulit putih. Peneliti di Columbia menciptakan model sejarah alami untuk memprediksi tren masa depan dalam kejadian kanker rahim dan mortalitas. Mereka memodelkan lintasan perempuan berdasarkan usia, jenis kanker rahim, dan ras.
Faktor Penyebab Beban Kanker Lebih Tinggi Pada Kulit Hitam
“Model kami memprediksi bahwa tren saat ini dalam angka kejadian dan kematian kanker rahim akan berlanjut untuk waktu yang bisa diperkirakan,” ungkap Wright. Dari 2018 hingga 2050, mereka berharap akan ada kenaikan kasus kanker rahim lebih dari 50% di kalangan wanita kulit hitam, dibandingkan dengan sekitar 29% pada perempuan kulit putih. Beban kanker rahim yang lebih tinggi di kalangan perempuan kulit hitam terkait dengan beberapa faktor, termasuk keterlambatan dalam diagnosis dan kecenderungan untuk didiagnosis pada stadium lanjut, saat kanker menjadi lebih sulit diobati. Wright juga mencatat bahwa perempuan kulit hitam lebih mungkin terkena jenis kanker rahim yang lebih agresif.
Perspektif Skrining dan Pencegahan Kanker Rahim
Para peneliti juga menguji kekuatan model ini dengan memasukkan alat skrining hipotetis dan intervensi yang bisa mendeteksi kanker rahim lebih awal dari saat ini. “Simulasi kami menunjukkan bahwa skrining menggunakan tes yang efektif mulai pada usia 55 akan menghasilkan pengurangan kasus kanker rahim yang signifikan,” kata Wright. Saat ini, dokter menggunakan ultrasonografi transvaginal dan biopsi endometrium untuk mendiagnosis kanker rahim pada perempuan yang memiliki gejala, seperti perdarahan tidak normal. Namun, tidak ada metode skrining rutin untuk perempuan yang tidak bergejala. Teknik baru, seperti biopsi cair untuk mendeteksi perubahan prakarakter atau kanker pada sel-sel yang dibuang oleh rahim, sedang diteliti sebagai alat skrining.
Penelitian dari Columbia University menunjukkan bahwa kasus dan kematian akibat kanker rahim diperkirakan akan meningkat, terutama di kalangan perempuan kulit hitam. Masih ada kebutuhan mendesak untuk strategi baru dalam pencegahan dan skrining kanker, karena perempuan kulit hitam sering kali terlambat terdiagnosis dan memiliki jenis kanker yang lebih agresif. Beberapa kemungkinan metode skrining baru perlu diteliti lebih dalam guna meningkatkan deteksi dini.