- Diagnosis kanker tidak mengubah pola makan penyintas kanker.
- Penelitian menunjukkan kesenjangan dalam kesadaran diet terkait kanker.
- Sekitar 82% penyintas tidak memenuhi kebutuhan konsumsi buah.
- Perlu intervensi diet yang spesifik bagi penyintas kanker.
- Edukasi nutrisi yang sensitif secara budaya diperlukan.
Diagnosis Kanker Tidak Meningkatkan Pola Makan Penyintas
Penelitian terbaru dari UC Irvine Joe C. Wen School of Population & Public Health menunjukkan bahwa diagnosis kanker tidak mengakibatkan perbaikan signifikan pada pola makan maupun kebiasaan makan penyintas kanker. Meskipun jumlah penyintas kanker di Amerika Serikat diperkirakan akan mencapai 26 juta pada tahun 2040, studi ini menemukan kekurangan informasi dalam perencanaan pengobatan kanker serta kurangnya panduan dari penyedia layanan kesehatan. Hal ini menunjukkan ada kesenjangan yang perlu diatasi dalam hal diet dan kesadaran akan risiko kanker.
Kesenjangan dalam Kesadaran dan Perilaku Diet
Tim peneliti, dipimpin oleh Yunxia Lu, profesor kesehatan populasi, berupaya memahami perbedaan kesadaran risiko kanker terkait pola makan antara penyintas dan non-penyintas. Mereka menggunakan Health Information National Trends Survey (HINTS) sebagai sumber data dan menemukan bahwa 82% penyintas dan non-penyintas sama-sama gagal memenuhi rekomendasi American Cancer Society untuk konsumsi lebih dari dua hingga tiga cangkir buah per hari. Sementara 75% di antaranya juga tidak memenuhi rekomendasi untuk sayuran, mencerminkan kurangnya pemahaman yang mendalam tentang dampak pola makan sehat.
Pentingnya Intervensi Diet untuk Penyintas Kanker
Peneliti mendorong perlunya intervensi diet yang lebih terarah dan berbasis pada tantangan unik yang dihadapi penyintas kanker. Mereka menekankan bahwa pendidikan kepada penyintas dari penyedia kesehatan saat ini masih kurang memadai. Dalam situasi ini, penting bagi profesional kesehatan untuk mengintegrasikan pendidikan nutrisi yang sensitif secara budaya ke dalam perawatan pasca-kanker untuk membantu penyintas mengadopsi dan mempertahankan perilaku diet sehat. Lebih banyak studi diperlukan untuk menilai kesadaran dan perilaku diet sebelum dan sesudah diagnosis untuk memberi bukti yang kuat bagi praktik dan kebijakan di masa depan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa diagnosis kanker tidak meningkatkan kesadaran diet dan perilaku makan penyintas kanker. Meskipun banyak beranggapan bahwa diagnosis kanker seharusnya menjadi ‘momen yang bisa diajarkan’ untuk menerapkan gaya hidup sehat, hasil studi ini menyoroti adanya kesenjangan signifikan dalam pendidikan diet. Penting untuk melakukan intervensi diet yang lebih terfokus dan mempertimbangkan konteks sosial serta budaya dalam memberikan edukasi kepada penyintas kanker.