Penelitian kanker pankreas menunjukkan harapan baru dengan teknologi mRNA dan deteksi dini. Tes darah 85% akurat dan vaksin meningkatkan jumlah pasien bebas kanker. Namun, tantangan tetap ada dalam pengobatan terkait gen KRAS yang sulit ditarget.
Kanker adalah kategori penyakit yang sangat kompleks, dan saat ini, penelitian tengah berfokus pada kanker pankreas yang terkenal mematikan. Kanker ini mampu menyamar dari sistem kekebalan tubuh, membuatnya sulit dideteksi hingga pada tahap lanjut. Namun, ada harapan baru. Penelitian terbaru menunjukkan kemajuan signifikan dalam mendeteksi dan mengobati kanker pankreas dengan terapi yang dipersonalisasi dan teknologi mRNA.
Para ilmuwan di Oregon Health and Science University telah mengembangkan tes darah yang mencapai akurasi 85% dalam mendeteksi kanker pankreas pada tahap awal. Hal ini krusial karena kanker sering terdeteksi sudah dalam keadaan lanjut. Sebuah pusat penelitian di Memorial Sloan Kettering juga melaporkan bahwa terapi berbasis mRNA – yang mirip dengan vaksin COVID – berhasil membuat 75% pasien kanker pankreas bebas kanker setelah tiga tahun.
Vinod Balachandran dari Memorial Sloan Kettering menjelaskan bahwa meski ada kemajuan dalam penelitian terapi kanker, kanker pankreas tetap sulit diobati. Ini disebabkan oleh mutasi gen KRAS yang sulit diterapi dengan pendekatan terapi target. Terapi imun, meskipun berhasil untuk kanker lain seperti melanoma, belum memberikan hasil serupa untuk kanker pankreas.
Secara keseluruhan, meskipun jalan untuk menemukan vaksin kanker yang efektif masih panjang, kemajuan yang terjadi menunjukkan potensi tinggi untuk menciptakan terapi yang lebih dipersonalisasi dan efektif di masa mendatang. Kanker tidak bisa dipandang sebagai satu penyakit tunggal; setiap kasus memerlukan pendekatan yang unik.
Kemajuan dalam penelitian kanker pankreas menunjukkan adanya harapan baru dengan pengembangan tes deteksi dini dan vaksin berbasis mRNA. Meskipun tantangan tetap ada, terutama terkait mutasi gen yang kompleks, penelitian ini menandakan potensi untuk terapi yang lebih efektif dan dipersonalisasi di masa depan.
Sumber Asli: www.theringer.com