Vaksin HPV menunjukkan penurunan 80% insiden kanker serviks awal di AS untuk wanita usia 20-24 tahun. Data dari CDC juga menunjukkan tren menurun dalam insiden precancers, serta perlunya meningkatkan kesadaran dan mendukung vaksinasi di kalangan remaja. Misinformasi seputar vaksin menjadi tantangan yang perlu diatasi.
Laporan baru dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa terjadi penurunan sekitar 80% insiden kanker serviks awal di antara wanita berusia 20-24 tahun di AS sejak pemakaian luas vaksin HPV. Vaksin ini pertama kali direkomendasikan pada tahun 2006 untuk mencegah kanker dan penyakit yang disebabkan oleh HPV.
Penelitian ini melakukan analisis data dari proyek HPV Impact Monitoring (HPV-IMPACT) untuk mengidentifikasi tren neoplasia serviks intraepitelial 2+ (CIN2+) dan CIN3+. Dari 2008 hingga 2022, terdapat total 39.977 kasus CIN2+, termasuk 13.027 (32.6%) CIN3+. Secara keseluruhan, jumlah kasus CIN2+ per 100.000 wanita yang disaring menurun 11% per tahun untuk wanita usia 20-24 tahun, totalnya menjadi 79.5% dari 2008 hingga 2022.
Meskipun hasil menunjukkan tren positif, penelitian ini memiliki keterbatasan terkait data yang digunakan untuk menentukan kadar precancer. Penelitian ini juga tidak bisa menunjukkan hubungan sebab akibat antara vaksinasi dan insiden precancer. Namun, para peneliti mencatat bahwa hasil ini konsisten dengan dampak program vaksinasi HPV terhadap pengurangan precancer serviks di AS.
David M. Higgins, MD, menyatakan pentingnya pemantauan precancer sebagai indikator awal efektivitas vaksin. Penelitian sebelumnya menunjukkan penurunan tingkat precancer serviks pada wanita muda tetapi kurang informasi jangka panjang pada mereka yang divaksinasi di usia yang direkomendasikan.
Higgins menegaskan bahwa temuan ini mengonfirmasi efektivitas vaksin HPV dalam mencegah kanker dan menyelamatkan nyawa. Penting untuk menutupi kesenjangan vaksinasi dan meningkatkan kesadaran akan vaksinasi di kalangan remaja. Misinformasi tentang vaksin di media sosial berkontribusi terhadap ketidakpercayaan terhadap vaksin, termasuk vaksin HPV, sehingga para ahli kesehatan harus menjawab dengan informasi berbasis bukti.
Wawasan lebih lanjut diperlukan untuk menilai perlindungan dari dosis tunggal vaksin HPV yang mungkin dapat meningkatkan aksesibilitas dan biaya vaksinasi, terutama di daerah yang terbatas sumber daya. Penelitian ini tidak menerima pendanaan dari luar, dan tidak ada konflik kepentingan yang dilaporkan oleh peneliti.
Data baru menunjukkan bahwa vaksin HPV sangat efektif dalam mengurangi insiden precancers serviks, terutama di kalangan wanita muda. Penurunan yang signifikan ini menegaskan perlunya melanjutkan kebijakan vaksinasi dan mengatasi kekhawatiran publik, terutama yang telah dipengaruhi oleh misinformasi. Para profesional kesehatan perlu menekankan pencegahan kanker saat merekomendasikan vaksin dan memonitor dampak yang lebih lanjut terhadap kanker lainnya.
Sumber Asli: www.medscape.com