Deteksi Molekul Residual Kanker: Alternatif untuk Keputusan Terapi Kanker Paru

Studi Yale menunjukkan bahwa deteksi molekul residual kanker dalam darah dapat membantu keputusan terapi bagi pasien kanker paru setelah pengobatan. Ini dapat memandu intervensi klinis yang lebih tepat berdasarkan risiko kambuh, dengan potensi meningkatkan hasil pengobatan.

Sebuah studi baru dari Yale menunjukkan pentingnya alat deteksi molekul residual kanker di darah pasien kanker paru, yang dapat membantu keputusan terapi di masa depan. Alat ini mengukur keberadaan molekul tumor setelah pasien menyelesaikan pengobatan utama, yang dapat memandu intervensi klinis seperti memulai ulang atau meningkatkan pengobatan.

“Deteksi MRD adalah masa depan — memungkinkan kita memonitor pasien secara real-time,” ujar Dr. Roy Herbst, penulis utama penelitian dan direktur deputi Yale Cancer Center. Penemuan ini dipublikasikan dalam Nature Medicine pada 17 Maret, berdasarkan data dari uji coba klinis ADAURA untuk terapi targeted osimertinib pada pasien non-small cell lung cancer (NSCLC).

Herbst menekankan pentingnya memahami apakah pasien benar-benar sembuh atau apakah kanker akan kambuh, dengan menggunakan pendekatan personalisasi MRD. Jika MRD terbukti valid, hal ini bisa meningkatkan hasil dengan mengidentifikasi pasien berisiko tinggi yang mungkin perlu pengobatan lebih lanjut. Di sisi lain, MRD juga bisa membantu dalam mengidentifikasi pasien dengan risiko rendah, mengurangi kemungkinan mereka mengalami efek samping dari pengobatan.

Penelitian ini menunjukkan potensi signifikan alat deteksi molekul residual kanker (MRD) dalam memandu terapi kanker paru pasca pengobatan. Dengan mempersonalisasi pendekatan pengobatan ini, diharapkan hasil yang lebih baik dapat dicapai untuk pasien dengan kanker paru, mengurangi risiko kambuh dan menghindari pengobatan yang tidak diperlukan.

Sumber Asli: www.newswise.com

About Chloe Kim

Chloe Kim is an innovative journalist known for her work at the intersection of culture and politics. She has a vibrant career spanning over 8 years that includes stints in major newsrooms as well as independent media. Chloe's background in cultural studies informs her approach to reporting, as she amplifies stories that highlight diverse perspectives and experiences. Her distinctive voice and thought-provoking articles have earned her a loyal following.

View all posts by Chloe Kim →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *