Artikel ini membahas penggunaan DNA tumor yang bersirkulasi (ctDNA) dalam memantau perawatan kanker payudara metastatik menurut Dr. Debu Tripathy. ctDNA dapat mendeteksi risiko kekambuhan, namun masih dalam tahap penelitian dan membutuhkan studi klinis lebih lanjut untuk menentukan pengobatan yang efektif.
Dr. Debu Tripathy membahas penelitian terbaru mengenai penggunaan DNA tumor yang bersirkulasi (ctDNA) dalam perawatan kanker payudara metastatik. ctDNA merupakan potongan kecil DNA yang dilepaskan ke dalam darah oleh sel tumor saat mati. Sampel darah dapat memantau risiko kekambuhan kanker, merencanakan pengobatan, dan mengevaluasi efektivitas pengobatan.
Dalam wawancara di Miami Breast Cancer Conference, Tripathy menekankan bahwa peran ctDNA masih bersifat investigasional. Penelitian berlangsung di setting investigasi, di mana pasien dengan kanker payudara stadium awal diinformasikan dengan uji darah secara berkala setiap empat hingga enam bulan untuk mendeteksi ctDNA.
Jika hasilnya positif, pasien berisiko tinggi mengalami kekambuhan. Studi juga dilakukan untuk mengevaluasi adanya penyakit residual minimal yang mungkin tak terlihat pada pemindaian, berisiko berkembang menjadi kanker metastatik. Terapi yang diuji mencakup pengobatan hormonal atau terapi target.
Untuk kanker payudara triple negatif, studi awal tentang imunoterapi belum memberikan hasil yang jelas dan pasien masih berpotensi mengalami metastasis. Meskipun beberapa uji coba ctDNA telah disetujui, keefektifan dan penggunaan hasil tetap membutuhkan penelitian lebih lanjut; terapi definitif belum ada. Pasien disarankan untuk mencari partisipasi dalam studi klinis seiring penelitian berlangsung.
DNA tumor yang bersirkulasi (ctDNA) menunjukkan potensi besar dalam memantau dan memprediksi kekambuhan kanker payudara, khususnya dalam konteks penelitian. Meskipun hasil saat ini masih bersifat investigasional, peran ctDNA dalam perencanaan pengobatan dan pemantauan efektivitas masih dalam tahap eksplorasi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan terapi yang dapat memberikan kesempatan kedua bagi pasien.
Sumber Asli: www.curetoday.com