Peneliti telah menciptakan vaksin baru untuk melanoma metastatik yang mengatasi masalah respons imun dengan menggunakan nanocarrier. Vaksin ini fokus pada perlindungan antigen tumor dan meningkatkan aktivasi sistem imun. Uji awal menunjukkan hasil positif pada model hewan, namun masih memerlukan studi lebih lanjut untuk penerapan klinis.
Peneliti telah mengembangkan vaksin baru untuk mengobati melanoma metastatik stadium lanjut, jenis kanker kulit agresif yang sulit diobati karena adanya ekosistem yang menekan respons imun tubuh. Lingkungan mikro tumor yang mengimun supresi ini menghambat terapi dalam menargetkan dan menghilangkan sel kanker secara efektif. Walaupun intervensi seperti terapi yang ditargetkan dan imunoterapi yang ada menunjukkan kemanjuran, respons imun yang buruk dapat menyebabkan efek samping dan kekambuhan cepat.
Melanoma adalah bentuk kanker kulit yang paling umum dan mematikan. Menurut American Cancer Society, di AS saja, sekitar 104,960 kasus melanoma baru diperkirakan akan terdiagnosis pada 2025, dengan sekitar 8,430 kematian akibat kanker ini. Hal ini mendorong pengembangan vaksin kanker berbasis antigen terkait tumor yang menggunakan antigen yang diekspresikan oleh sel tumor untuk memicu respons imun. Vaksin ini bertujuan untuk mengaktifkan sel penyaji antigen dan sel T sitotoksik, memberikan strategi pengobatan alternatif bagi pasien yang tidak merespon baik terhadap penghambat titik kontrol imun.
Namun, vaksin berbasis antigen terkait tumor memiliki kekurangan, sehingga muncullah vaksin baru yang dijelaskan dalam jurnal Advanced Materials. “Tantangan utama adalah degradasi cepat antigen oleh protease serum dan akumulasi buruk di organ limfoid,” kata Helena F. Florindo, penulis penelitian. “Vaksin nanokonjugat multivalen kami melindungi antigen dari degradasi dan meningkatkan pengiriman ke kelenjar limfa, meningkatkan aktivasi sel dendritik.”
Vaksin ini memanfaatkan nanocarrier berbentuk bintang dari poliglutamat yang tidak beracun dan biodegradabel. “Berbeda dengan vaksin peptida tradisional, nanokonjugat ini menuju ke kelenjar limfa, di mana akumulasi mereka meningkatkan presentasi antigen dan memicu respons imun yang lebih kuat,” ungkap MarĂa J. Vicent. Vaksin ini telah diuji menggunakan model tikus dan menunjukkan pengurangan pertumbuhan tumor.
Vaksin baru ini berpotensi menawarkan alternatif pengobatan yang lebih efektif untuk melanoma dengan mengatasi kekurangan vaksin antigen terkait tumor yang ada saat ini. Penelitian lanjutan diperlukan untuk menguji keefektifan dan keamanan vaksin ini melalui uji klinis. Meskipun masih dalam tahap pra-klinis, hasil awal menunjukkan harapan dalam meningkatkan respons imun terhadap kanker.
Sumber Asli: www.advancedsciencenews.com