Penelitian oleh University of Cincinnati menunjukkan bahwa kombinasi afuresertib dan paclitaxel tidak meningkatkan kelangsungan hidup dibandingkan paclitaxel sendiri pada pasien kanker ovarium resisten platinum. Data dari uji klinis menggambarkan hasil yang tidak signifikan, meskipun biomarker menunjukkan adanya potensi untuk perbaikan pengobatan. Perlu penelitian lebih lanjut untuk validasi.
Penelitian yang dipresentasikan oleh Thomas Herzog dari University of Cincinnati Cancer Center menunjukkan bahwa terapi kombinasi afuresertib dan paclitaxel tidak meningkatkan hasil kelangsungan hidup pada pasien kanker ovarium yang resisten terhadap platinum jika dibandingkan dengan monoterapi paclitaxel. Afuresertib menargetkan protein pAKT yang berkaitan dengan jalur pertumbuhan tumor, sementara paclitaxel adalah obat kemoterapi umum yang digunakan.
Data dari uji klinis fase 2 PROFECTA-II/GOG-3044 yang disampaikan di pertemuan tahunan Society of Gynecologic Oncology menghasilkan mediana kelangsungan hidup bebas progresi selama 4,3 bulan untuk terapi kombinasi, dibandingkan 4,1 bulan untuk paclitaxel tunggal. Thomas Herzog, MD, mengategorikan hasil ini sebagai “trial negatif definitif” untuk populasi secara keseluruhan, meski data biomarker menarik untuk ditelaah lebih lanjut.
“Perawatan efektif untuk kanker ovarium resisten platinum masih terbatas, sehingga agen novel dibutuhkan,” kata Herzog. Ia menambahkan bahwa strategi berbasis biomarker yang menargetkan pAKT dapat meningkatkan seleksi pasien dan hasil perawatan, tetapi perlu validasi lebih lanjut untuk mengonfirmasi strategi biomarker ini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi terapi afuresertib dan paclitaxel tidak menghasilkan manfaat klinis yang signifikan dibandingkan monoterapi paclitaxel pada pasien kanker ovarium resisten platinum. Meskipun data biomarker menunjukkan potensi, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki strategi pengobatan.
Sumber Asli: www.uc.edu