Penelitian: Tes Darah Kanker Ovarium Terlewatkan pada Pasien Kulit Hitam dan Penduduk Asli Amerika

Penelitian menunjukkan bahwa tes CA-125 dapat gagal mendeteksi kanker ovarium pada pasien kulit hitam dan penduduk asli Amerika, berpotensi menunda pengobatan. Dengan analisis lebih dari 200.000 pasien, peneliti merekomendasikan ambang batas baru untuk meningkatkan akurasi diagnostik dan mengurangi ketidaksetaraan dalam pelayanan kesehatan.

Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa tes darah umum untuk kanker ovarium mungkin tidak mendeteksi penyakit ini pada beberapa pasien kulit hitam dan penduduk asli Amerika, yang dapat menunda pengobatan mereka. Penelitian ini menunjukkan bias dalam pengujian medis yang memperburuk ketidaksetaraan dalam layanan kesehatan.

Wanita penduduk asli Amerika memiliki tingkat kanker ovarium tertinggi, sementara wanita kulit hitam memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah dibandingkan wanita kulit putih. Deteksi dini kanker ovarium dapat meningkatkan peluang selamat pasien.

Penelitian yang didukung oleh National Cancer Institute dan diterbitkan dalam JAMA Network Open ini berfokus pada tes CA-125, yang digunakan untuk mendiagnosis kanker ovarium. Dokter perlu memahami variasi hasil tes berdasarkan ras dan etnis untuk evaluasi yang lebih akurat, menurut Dr. Shannon Westin dari MD Anderson Cancer Center.

Penyebab mengapa tes ini tidak konsisten antar kelompok ras masih belum jelas, tetapi ilmuwan menduga ada variasi genetik yang lebih umum di populasi dengan keturunan Afrika dan Karibia. Tes ini tidak sempurna untuk wanita kulit putih dan mungkin juga memperburuk ketidaksetaraan dalam rujukan dan pengobatan.

Peneliti menganalisis data lebih dari 200.000 wanita dengan kanker ovarium dalam rentang waktu 2004 hingga 2020. Mereka menemukan bahwa pasien kulit hitam dan penduduk asli Amerika 23% lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki kadar CA-125 yang tinggi pada diagnosis kanker ovarium.

Hasil tes negatif palsu membuat pasien memulai kemoterapi rata-rata sembilan hari lebih lambat dibandingkan dengan pasien yang memiliki kadar tinggi. Riset ini menyarankan ambang batas baru untuk tes darah agar lebih efektif untuk semua populasi. Dr. Anna Jo Smith dan timnya berencana mengusulkan perubahan dalam pedoman rujukan.

“Ambang batas baru untuk rujukan akan memastikan bahwa semua pasien mendapatkan perawatan cepat saat kanker ovarium dicurigai,” kata Smith.

Penelitian ini menunjukkan perlunya penyesuaian dalam pengujian medis untuk mengatasi ketidaksetaraan dalam diagnosis kanker ovarium antara kelompok ras. Penetapan ambang batas baru untuk tes CA-125 diharapkan dapat meningkatkan deteksi dini dan kelangsungan hidup, terutama bagi wanita kulit hitam dan penduduk asli Amerika.

Sumber Asli: apnews.com

About Aisha Tariq

Aisha Tariq is an accomplished journalist with expertise spanning political reporting and feature writing. Her travels across turbulent regions have equipped her with a nuanced perspective on global affairs. Over the past 12 years, Aisha has contributed to various renowned publications, bringing to light the voices of those often marginalized in traditional media. Her eloquent prose and insightful commentaries have garnered her both reader trust and critical acclaim.

View all posts by Aisha Tariq →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *