Sebuah studi di Swedia menemukan bahwa penggunaan estrogen meningkatkan risiko kanker kulit, termasuk BCC, cSCC, dan cM. Para peneliti meminta dokter untuk memberi tahu pasien tentang risiko ini tanpa menghentikan pengobatan. Data dari 29.000 wanita menunjukkan adanya hubungan antara dosis estrogen dan peningkatan risiko kanker, dengan 1.875 kasus kanker kulit terdeteksi di antara peserta.
Sebuah studi di Swedia menunjukkan bahwa penggunaan estrogen dapat meningkatkan risiko tiga jenis kanker kulit, yaitu karsinoma sel basal (BCC), karsinoma sel skuamosa kutaneus (cSCC), dan melanoma malignan kutaneus (cM), khususnya di kalangan wanita. Para peneliti menyarankan agar dokter berkonsultasi dengan pasien mengenai risiko ini tanpa merekomendasikan penghentian obat-obatan yang diteliti. Hasil penelitian diterbitkan dalam jurnal Photodermatology, Photoimmunology & Photomedicine.
Data lebih dari 29.000 wanita Swedia dianalisis, dibandingkan dengan yang tidak menggunakan terapi estrogen. Hasil menunjukkan terapi hormon berbasis estrogen memiliki efek peningkatan risiko kanker kulit. Penelitian ini juga mengelompokkan obat fotosensitizing menjadi 9 kategori, termasuk terapi penggantian hormon dan diuretik. Hubungan antara dosis estrogen dan risiko BCC serta cM selaras dengan temuan tersebut.
Dari 21.062 wanita yang terlibat, 1.875 mengalami kanker kulit. Di antara mereka, yang terbanyak adalah BCC dan SCC. Diuretik loop terkait dengan risiko cSCC meningkat 60%, sedangkan diuretik thiazide memiliki risiko 25% untuk BCC dan 41% untuk cM. BCC sendiri adalah bentuk kanker kulit yang paling umum, sering kali disebabkan oleh paparan sinar ultraviolet (UV) jangka panjang.
Penelitian ini menunjukkan potensi risiko yang mengkhawatirkan, mengingat estrogen memiliki dampak pada perkembangan kanker kulit. Reseptor estrogen terdeteksi di lesi melanositik, yang menunjukkan bahwa hormon dapat mempengaruhi angka kejadian melanoma yang lebih tinggi pada wanita sebelum menopause.
Namun, ada batasan dalam studi ini, termasuk faktor pemicu lain seperti pengobatan atau kondisi kesehatan yang mendasari. Para penulis menekankan bahwa rasio bahaya yang ditemukan terbilang moderat dan harus dipertimbangkan bersama manfaat kesehatan dari pengobatan yang diberikan.
Studi ini menunjukkan bukti yang mengkhawatirkan tentang peningkatan risiko kanker kulit terkait penggunaan estrogen, mendesak perlunya perhatian lebih oleh para dokter dalam memberikan terapi hormon. Hasil ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami hubungan antara pengobatan dengan risiko kanker kulit.
Sumber Asli: www.ajmc.com