Pasien non-BRCA yang menjalani operasi pengurangan risiko tidak menunjukkan kanker, berbeda dengan 3% insiden pada pasien BRCA. Aysha Mubeen menekankan pentingnya mengevaluasi manfaat prosedur ini terhadap risiko terkait. Data dari 152 pasien non-BRCA menunjukkan keberhasilan tinggi dalam mencegah kanker selama rata-rata 23,3 bulan masa pemantauan.
Sebuah studi multi-pusat menunjukkan bahwa pasien dengan mutasi gen non-BRCA yang menjalani operasi pengurangan risiko tidak menunjukkan kanker serviks tubal atau kanker serosa tubal intraepitelial saat dibandingkan dengan pasien dengan mutasi BRCA yang memiliki insiden sekitar 3% dari tumor ini. Aysha Mubeen, MD, sebagai penulis utama, menekankan pentingnya peran operasi ini dalam mengurangi risiko kanker. Sementara operasi bilateral salpingo-ooforektomi sudah umum dilakukan pada pasien BRCA, aplikasinya untuk pasien non-BRCA masih didiskusikan kesehatan dan manfaatnya.
Mubeen dan tim menganalisis data klinik-patologis dari 152 pasien non-BRCA yang menjalani operasi dibandingkan dengan 388 pasien BRCA. Mayoritas pasien non-BRCA memiliki mutasi gen seperti PALB2, BRIP1, dan ATM. Dalam kelompok ini, 96% dari 146 pasien tidak menunjukkan perubahan patologis, menggambarkan keberhasilan prosedur ini dalam mencegah kanker.
Kelompok BRCA menunjukkan insiden yang lebih tinggi dari kanker, termasuk 3 kasus kanker serosa tubal intraepitelial dan 7 kasus kanker serosa tinggi. Namun, dalam kelompok non-BRCA yang diikuti rata-rata selama 23,3 bulan, tidak ada pasien yang menunjukkan tanda-tanda penyakit setelah operasi. Hasil ini memunculkan pertanyaan mengenai kebutuhan dan risiko dari prosedur ini, khususnya dalam hal kesuburan dan menopause dini.
Mubeen menekankan bahwa keputusan untuk menjalani operasi pengurangan risiko sangat kompleks dan harus dipertimbangkan dengan perjuangan riwayat pribadi pasien serta data genetik. “Data patologi hanyalah bagian dari persamaan”, katanya, mengajak untuk juga memperhatikan data genetik, epidemiologi, dan onkologi yang relevan.
Studi menunjukkan bahwa operasi pengurangan risiko pada pasien non-BRCA tidak meningkatkan insiden kanker tubo-ovarian dibandingkan dengan pasien BRCA. Namun, pertimbangan lebih lanjut diperlukan mengenai risiko dan manfaat prosedur ini dalam konteks kesehatan wanita. Keputusan untuk operasi harus mempertimbangkan riwayat pribadi pasien dan data genetik yang berkembang.
Sumber Asli: www.medscape.com