Kanker kolorektal kini semakin banyak terjadi pada individu di bawah 50 tahun, dengan manfaat besar dari deteksi awal. Skrining dianjurkan mulai usia 45 tahun, berdasarkan riwayat keluarga dan kondisi kesehatan. Gejala harus diperhatikan dan tidak diabaikan untuk mencegah diagnosis yang terlambat.
Bulan Maret adalah Bulan Kesadaran Kanker Kolorektal, dengan peningkatan diagnosa di kalangan orang berusia 50 tahun ke bawah. Menurut American Cancer Society, insiden kanker kolorektal meningkat sekitar 2% setiap tahun untuk orang di bawah 50 tahun. Pada tahun 2019, 20% kasus kanker kolorektal terjadi pada orang usia 54 tahun atau lebih muda. Kanker rektum lebih sering terjadi di kelompok usia ini dibandingkan kanker kolorektal secara umum.
Ahli menganjurkan skrining kanker kolorektal mulai usia 45 tahun. Dr. Derek Ebner dari Mayo Clinic mengatakan penting bagi semua usia mengenali gejala kanker kolorektal. Deteksi awal dapat meningkatkan angka kelangsungan hidup menjadi 90% atau lebih, sedangkan deteksi terlambat menurunkan kelangsungan hidup menjadi 15% atau kurang.
Setiap orang berisiko terkena kanker kolorektal. Mereka dibagi menjadi dua kelompok: risiko rata-rata dan risiko tinggi. Orang berisiko tinggi biasanya memiliki riwayat medis tertentu, kondisi genetik, atau riwayat keluarga yang membuat mereka lebih berisiko. Kondisi medis yang meningkatkan risiko termasuk riwayat kanker kolorektal, penyakit radang usus, diabetes, dan obesitas.
Kondisi genetik seperti polioksida adenomatosa familial dan sindrom Lynch juga berkontribusi pada risiko ini. Jika ada riwayat keluarga, skrining harus mulai lebih awal dan lebih sering. Dr. Ebner mencatat bahwa faktor lingkungan kemungkinan berperan dalam meningkatnya kasus di kalangan orang muda, seperti perubahan pola makan dan peningkatan obesitas.
Skrining untuk kanker kolorektal penting karena kebanyakan polip tidak menunjukkan gejala. Memulai skrining pada usia 45 tahun dapat membantu mendeteksi polip yang berpotensi menjadi kanker. Skrining kolonografi dan tes DNA tinja adalah metode yang tersedia, di mana positif hasil tes DNA tinja harus diikuti dengan kolonoskopi.
Gejala kanker kolorektal meliputi perubahan kebiasaan buang air, pendarahan rektum, tinja menyempit, ketidaknyamanan perut, serta kehilangan berat badan tanpa sebab. Pada orang muda, gejala mungkin sedikit berbeda, dengan diare lebih umum dibandingkan sembelit. Penelitian menunjukkan bahwa gejala seperti nyeri perut dan pendarahan dapat muncul jauh sebelum diagnosis.
Jika mengalami gejala tersebut, segera kontak profesional kesehatan. Dr. Ebner menekankan tidak boleh menunda berbagi gejala ini selama berbulan-bulan karena ini dapat menyebabkan diagnosis terlambat, yang lebih sulit untuk diobati dan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah. Disarankan untuk membuat janji temu agar dapat dievaluasi lebih lanjut.
Kanker kolorektal semakin umum terjadi pada orang di bawah usia 50 tahun. Penting untuk melakukan skrining mulai usia 45 tahun, terutama jika ada riwayat keluarga atau kondisi kesehatan tertentu. Mengenali gejala dan tidak menunda untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sangat penting untuk deteksi dan pengobatan yang lebih baik. Memperbaiki pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik juga dapat membantu mengurangi risiko kanker kolorektal.
Sumber Asli: newsnetwork.mayoclinic.org