Pasien yang memenuhi syarat untuk skrining kanker paru-paru cenderung lebih banyak melakukan mammogram dibandingkan dengan CT dosis rendah. Penelitian menunjukkan bahwa 65% melakukan skrining payudara, sementara hanya 17% melakukan LCS. Hambatan dalam pemahaman risiko dan akses ke layanan kesehatan berkontribusi terhadap angka rendah ini.
Pentingnya skrining kanker bagi pasien yang memenuhi syarat untuk kanker payudara dan paru-paru kini menjadi sorotan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pasien lebih banyak yang melakukan mammogram dibandingkan dengan CT dosis rendah, dengan hanya 17% yang menjalani pemeriksaan paru-paru. Sementara itu, sekitar 65% telah memenuhi prosedur skrining kanker payudara dan kolorektal.
Penelitian ini, dipimpin oleh Alexandra Potter dari Massachusetts General Hospital, mengungkapkan bahwa banyak individu yang memenuhi syarat untuk skrining paru-paru terbuka menerima layanan perawatan preventif. Hal ini bertentangan dengan anggapan bahwa aversi terhadap perawatan preventif menjadi penyebab rendahnya angka skrining paru-paru.
Data dari CDC menunjukkan, di antara 11.147 individu yang memenuhi syarat untuk skrining kanker payudara dan paru-paru, ada ketidaksesuaian signifikan; 65% menjalani BCS dan hanya 17% LCS. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa angka skrining kanker kolorektal dan payudara tiga kali lebih tinggi dibandingkan LCS dalam hampir semua subkelompok.
Potter mengusulkan bahwa kebingungan terkait kriteria kelayakan menjadi penyebab rendahnya angka skrining. Kriteria untuk skrining paru-paru lebih kompleks, meliputi usia dan riwayat merokok. Kesulitan untuk mengakses klinik untuk skrining paru-paru juga berpotensi menjadi faktor penghalang.
Penulis penelitian berpendapat bahwa perlu dilakukan intervensi untuk meningkatkan kesadaran mengenai LCS dan mengatasi hambatan yang umum. Ini mencakup tantangan dalam menentukan kelayakan dan mencapai lokasi penyaringan. Mereka juga mencatat bahwa pemenuhan skrining mammografi sedikit lebih rendah di antara individu yang memenuhi syarat untuk LCS dibandingkan yang tidak, hal ini mungkin mencerminkan hambatan lebih besar dalam mengakses perawatan preventif.
Penelitian menunjukkan bahwa meskipun banyak pasien yang memenuhi syarat untuk skrining kanker paru-paru, hanya sedikit yang melakukannya. Sebaliknya, banyak yang melakukan skrining kanker payudara. Kesimpulan ini menyoroti perlunya intervensi untuk meningkatkan kesadaran mengenai skrining paru-paru dan mengatasi hambatan yang ada.
Sumber Asli: radiologybusiness.com