Sekitar 65% pasien melanoma tidak merespon imunoterapi. Penelitian terbaru menemukan bahwa enzim HPGDS berperan dalam resistensi ini. Memblokir HPGDS bisa menjadi strategi baru untuk meningkatkan efektivitas terapi ini. Penelitian ini dipublikasikan dalam Cancer Discovery.
Sekitar 65% pasien melanoma tidak merespon pada terapi imunoterapi. Penelitian oleh Prof. Max Mazzone dan tim di VIB-KU Leuven mengidentifikasi enzim bernama HPGDS yang berperan dalam resistensi imunoterapi. Memblokir HPGDS bisa menjadi cara baru untuk mengatasi ketahanan terhadap imunoterapi pada pasien melanoma dan tumor lain dengan tantangan serupa. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Cancer Discovery.
Dalam dekade terakhir, imunoterapi kanker telah menunjukkan kemajuan terapi yang signifikan, terutama untuk melanoma. Namun, sekitar 65% pasien melanoma masih tidak merespon pada terapi penghambatan checkpoint imun (ICB). Supresi imun yang dipicu oleh makrofag terkait tumor (TAM) berkontribusi pada masalah ini. Dengan mereprogram fenomena TAM dari status supresifnya, terapi kanker mungkin dapat ditingkatkan.
Tim peneliti memfokuskan perhatian pada enzim HPGDS yang dihasilkan oleh TAM. HPGDS meningkatkan pembentukan metabolit prostaglandin D2 (PGD2), yang membantu sel kanker melawan pengobatan dengan menghambat aktivitas T-cells, sel yang penting untuk menyerang tumor.
Dr. Rosa Trotta, penulis utama penelitian, mencatat bahwa pada pasien yang tidak merespon terapi, kadar HPGDS tinggi, sementara pada pasien yang merespon, kadar tersebut menurun saat T-cells diaktifkan untuk melawan tumor. Peneliti menggunakan penghapusan gen HPGDS dan penghambat farmakologis pada model mouse dan manusia, menunjukkan perubahan perilaku makrofag dari promosi pertumbuhan tumor ke dukungan respon imun antitumoral yang lebih kuat.
“Menargetkan HPGDS tidak hanya meningkatkan perekrutan dan aktivasi T-cells,” kata Prof. Max Mazzone, “tetapi juga menunjukkan janji untuk mengatasi resistensi terhadap terapi yang ada. Temuan kami mengusulkan bahwa memblokir HPGDS bisa menjadi strategi baru untuk meningkatkan pilihan perawatan bagi pasien melanoma.”
Penelitian ini menunjukkan bahwa penghambat HPGDS atau pemblokir reseptor PGD2 bisa menjadi agen terapeutik baru, baik sebagai monoterapi atau dalam kombinasi dengan perawatan yang ada untuk melanoma dan kanker lainnya, seperti adenokarsinoma pankreas. Peneliti menekankan perlunya studi lebih lanjut untuk memvalidasi temuan ini dalam pengaturan klinis.
Penelitian ini menunjukkan penghambatan enzim HPGDS sebagai cara untuk mengatasi resistensi imunoterapi pada pasien melanoma. Dengan memodifikasi TAM dan meningkatkan respon T-cell, hasil yang menjanjikan diperoleh. Penghambat HPGDS menawarkan potensi untuk digunakan dalam pengobatan melanoma dan kanker lainnya, namun diperlukan studi lebih lanjut untuk validasi klinis.
Sumber Asli: www.news-medical.net