Ahli kesehatan mendorong agar pria diizinkan melakukan pemeriksaan mammogram untuk membantu kekurangan staf. Saat ini, hanya wanita yang bisa melakukan pemeriksaan ini. Diskusi mengenai perubahan kebijakan sedang berlangsung, dengan dukungan dari penyintas kanker payudara, meskipun ada kekhawatiran dari beberapa wanita terkait hal ini.
Ahli kesehatan mendesak agar pekerja pria boleh melakukan pemeriksaan mammogram. Ini untuk mengatasi kekurangan tenaga medis dalam bidang radiografi. Saat ini, mammogram, yang merupakan sinar-X untuk mendeteksi tanda-tanda kanker payudara pada wanita berusia 50 hingga 71 tahun, hanya bisa dilakukan oleh staf wanita. Society of Radiographers (SoR) menyerukan perubahan kebijakan ini.
Kekurangan staf dalam bidang ini cukup “kritis”, dengan tingkat kekosongan mencapai 17,5% untuk radiografer mammografi. Khusus pada mereka yang menangani kasus di mana terdapat benjolan atau riwayat kanker payudara dalam keluarga, angka kekosongan mencapai 20%. Diskusi tentang perubahan ini terjadi di konferensi SoR tahunan.
Sally Reed, seorang survivor kanker payudara, berpendapat bahwa siapapun yang melakukan pemeriksaan, termasuk pria, seharusnya tidak menjadi masalah asalkan dapat menyelamatkan nyawa. Meski demikian, ia mengakui ada wanita yang mungkin merasa enggan untuk melakukan pemeriksaan jika dilakukan oleh pria.
Sue Johnson, perwakilan SoR, mencatat bahwa peran radiografer kini lebih luas dari sekadar mengambil gambar. Menurutnya, ini adalah karir yang menarik dan banyak pria yang ingin ikut serta dalam bidang ini. Hal ini dapat memperluas upaya rekrutmen tenaga radiografi yang lebih terampil. Johnson yakin bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk mempertimbangkan peran pria dalam mammografi.
Sejarah mencatat bahwa tawaran untuk melibatkan pria dalam peran ini belum beruntung di masa lalu. Namun, Johnson percaya perubahan zaman membuat kesempatan kini lebih terbuka. Sally Reed kamupun menegaskan, dua pemeriksaan mammogram dalam rentang 15 tahun menyelamatkan hidupnya, dan memiliki radiografer pria tidak mengganggu sama sekali.
Dengan kekurangan tenaga ahli menjadikan isu ini lebih mendesak, mendengarkan pendapat berbagai pihak menjadi penting. Baik dari survivor kanker payudara maupun pemangku kebijakan, langkah inklusif bagi pekerja pria dalam mammografi bisa jadi solusi baru. Saatnya membuka diskusi lebih luas tentang kebijakan tersebut.
Sumber Asli: www.bbc.com