Terobosan Baru Dalam Pengelolaan Kanker Prostat: MRI dan Terapi Fokus

Pemandangan MRI modern dan alat terapi fokus untuk meningkatkan deteksi kanker dengan warna biru dan hijau yang menenangkan.

UCLA Health menunjukkan bahwa MRI dan terapi fokus bisa bantu pria kanker prostat risiko rendah hingga menengah untuk menunda tindakan invasif seperti operasi dan radiasi, serta membantu pengawasan aktif lebih efisien dan aman. Temuan menunjukkan MRI benar-benar akurat dalam memprediksi stabilitas kanker, bisa menggantikan biopsi lanjutan.

Sebuah studi yang dipimpin oleh UCLA Health Jonsson Comprehensive Cancer Center menunjukkan bahwa teknologi pencitraan MRI canggih dan terapi fokus dapat membantu pria dengan kanker prostat risiko rendah hingga menengah untuk tetap menjalani pengawasan aktif tanpa perlu melakukan biopsi lanjutan atau intervensi invasif seperti operasi dan terapi radiasi. Temuan ini menunjukkan, MRI dapat memprediksi stabilitas kanker pada 90-95% pria dengan kanker risiko rendah dan 70% pada pria dengan risiko menengah.

Dengan menggunakan MRI secara rutin, para peneliti menemukan bahwa biopsi lanjutan yang dulunya dianggap penting sekarang dapat digantikan dalam banyak kasus. Terapi fokus terbukti meningkatkan kemungkinan pria untuk menghindari tindakan bedah, dengan 84% dari mereka yang menjalani terapi fokus tidak memerlukan operasi atau radiasi, dibandingkan dengan hanya 46% dari yang tidak menerima terapi tersebut.

Dalam jurnal Urologi baru-baru ini, diberikan bukti yang kuat bahwa alat ini membuat pengawasan aktif lebih aman dan personal bagi pasien. Dr. Leonard Marks, profesor Urologi di UCLA, menyatakan, “Ini merupakan kemajuan besar dalam pengelolaan kanker prostat. Menggabungkan diagnosis MRI dengan terapi fokus selektif memberikan pendekatan yang lebih personal dan dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.”

Kanker prostat menjadi kanker non-kulit yang paling umum di kalangan pria Amerika. Meski banyak dari kanker ini tergolong rendah risiko dan berkembang sangat lambat, banyak pria masih memilih untuk menjalani operasi atau terapi radiasi karena takut kanker dapat berbahaya. Hal ini bisa menyebabkan efek samping jangka panjang yang serius, seperti inkontinensia dan disfungsi seksual.

Untuk mengurangi pengobatan berlebih dan meningkatkan kepercayaan diri terhadap pengawasan aktif, tim UCLA menilai penggunaan biopsi MRI dan terapi fokus yang lebih baru. Keduanya memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kanker prostat, sehingga perubahan dapat dilacak dengan lebih akurat.

Focal therapy adalah prosedur minimal invasif yang hanya menargetkan tumor, menggunakan panduan pencitraan untuk mengenali lokasi tumor secara tepat. Pada studi ini, 869 pria terdaftar di program pengawasan aktif UCLA dari tahun 2010 hingga 2022.

Lalu, peneliti menganalisis data dari peserta yang telah menjalani biopsi MRI dan tampak kanker prostat risiko rendah hingga menengah. Para peneliti mengetahui bahwa penggunaan biopsi MRI sejak awal memungkinkan diagnosis kanker yang lebih baik dan membantu menilai siapa yang dapat menjalani pengawasan aktif dengan aman.

Studi ini juga menemukan menurunnya jumlah pasien yang meninggalkan program pengawasan akibat kecemasan, seiring dengan meningkatnya rasa percaya diri akan pemantauan berbasis MRI. Marks menambahkan, “Meski jumlah peserta terapi fokus kecil, keuntungan jangka pendek jelas terlihat.”

Namun, peneliti mengingatkan bahwa hasil ini berasal dari satu pusat medis khusus, sehingga mungkin tidak sepenuhnya berlaku di tempat lain. Penulis utama studi ini adalah Shannon Martin, bersama penulis lainnya yang juga berasal dari UCLA. Penelitian ini didanai sebagian oleh National Cancer Institute dan Jean Perkins Foundation.

Studi ini menegaskan bahwa penggunaan MRI dan terapi fokus dalam pengelolaan kanker prostat dapat meningkatkan tingkat pengawasan aktif bagi pasien. Ini mengurangi kebutuhan untuk biopsi lanjutan dan intervensi invasif, memberikan pendekatan yang lebih personal dan selamat. Hasilnya menggembirakan dan memberi harapan baru, meski catatan penting bahwa penelitian ini dilakukan di satu pusat dengan spesialisasi tertentu diperlukan untuk penerapan lebih luas.

Sumber Asli: newsroom.ucla.edu

About Chloe Kim

Chloe Kim is an innovative journalist known for her work at the intersection of culture and politics. She has a vibrant career spanning over 8 years that includes stints in major newsrooms as well as independent media. Chloe's background in cultural studies informs her approach to reporting, as she amplifies stories that highlight diverse perspectives and experiences. Her distinctive voice and thought-provoking articles have earned her a loyal following.

View all posts by Chloe Kim →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *