Dampak Diet Tinggi Serat dalam Mencegah Kanker

Gambar makanan tinggi serat sehat seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian yang segar dan berwarna.

Diet tinggi serat berpotensi mencegah kanker, terutama kanker kolorektal. Hanya sedikit orang dewasa yang mendapatkan cukup serat tiap hari. Memperbanyak asupan serat dari makanan utuh disarankan untuk kesehatan.

Diet tinggi serat bisa membantu mencegah kanker. American CDC menunjukkan bahwa banyak orang dewasa di AS hanya mengonsumsi setengah dari dosis harian yang dianjurkan. Ini bisa waktu yang tepat untuk memperbaiki pola makan kita dengan memperbanyak asupan serat.

Cara Anselmo, seorang ahli gizi dari Memorial Sloan Kettering Cancer Center, menegaskan bahwa “Mengonsumsi lebih banyak serat sering kali diabaikan meskipun itu salah satu hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk diri kita.” Nah, serat itu bukan hanya baik untuk jantung dan pengendalian diabetes, tapi juga bisa mengurangi risiko kanker, khususnya kanker kolorektal.

Serat membantu memperbaiki mikrobioma kita, yang merupakan populasi bakteri sehat dalam kolon. Anselmo menjelaskan, serat tinggal di kolon setelah komponen makanan lain diserap, sehingga meningkatkan kesehatan pencernaan. Selain itu, saat bakteri mencerna serat, mereka menghasilkan metabolit yang dapat mengurangi peradangan dan melindungi sel-sel kolon dari kanker.

Serat juga berpengaruh pada tingkat kolesterol dan paparan makanan tidak sehat. Permintaan serat mendorong makanan bergerak lebih cepat melalui usus, sehingga mengurangi waktu kita terpapar makanan yang kurang sehat. Secara umum, diet tinggi serat biasanya berarti mengonsumsi lebih dari 25 hingga 30 gram serat sehari.

Dietitian di MSK merekomendasikan 25 gram serat per hari. “Konsumsilah sebagian besar serat dari makanan utuh, seperti biji-bijian utuh, sayuran, dan buah-buahan,” kata Anselmo. Suplemen serat mungkin bermanfaat, tetapi tidak sebaik dari makanan asli. Perubahan kecil seperti mengganti roti putih dengan roti gandum bisa jadi langkah awal yang baik.

Menambah serat juga memerlukan hidrasi yang baik supaya tidak mengalami gangguan pencernaan saat tubuh beradaptasi. Anselmo mengingatkan agar pasien kanker selalu berkonsultasi dengan tim perawatan mereka jika perlu mengikuti diet khusus.

Ada dua jenis serat: serat larut dan serat tak larut. Keduanya sama-sama sehat dan dapat menurunkan risiko kanker. Serat larut menyerap air dan membantu menurunkan kadar gula darah dan kolesterol. Makanan kaya serat larut meliputi apel, pisang, dan kacang-kacangan.

Sementara itu, serat tak larut membantu memperlancar pencernaan dan mencegah sembelit, contohnya pada makanan seperti biji-bijian utuh dan sayuran. MSK juga meneliti dosis optimal serat untuk mencegah kanker, dengan mempertimbangkan faktor biologis dan gaya hidup seseorang.

Mereka juga mempelajari bakteri apa yang terlibat dalam fermentasi serat menjadi metabolit yang melindungi dari beberapa jenis kanker. Jika bisa mengidentifikasi tanda tangan bakteri tertentu, mungkin intervensi lain seperti transplantasi bakteri bisa membantu mengurangi risiko kanker. Dan akhir-akhir ini, penelitian juga dilakukan untuk melihat apakah asupan serat dan probiotik tertentu dapat meningkatkan efektivitas kemoterapi dan imunoterapi.

Jadi, diet tinggi serat tampaknya memiliki peran signifikan dalam pencegahan beberapa jenis kanker, terutama kanker kolorektal. Meningkatkan asupan serat, melalui makanan utuh, serta menjaga hidrasi, menjadi langkah sederhana namun penting untuk meningkatkan kesehatan. Penelitian lebih lanjut juga terus dilakukan untuk menemukan hubungan antara bakteri pencernaan dan respon terhadap terapi kanker.

Sumber Asli: www.mskcc.org

About Samuel Miller

Samuel Miller is a veteran journalist with more than 20 years of experience in print and digital media. Having started his career as a news reporter in a small town, he rose to prominence covering national politics and economic developments. Samuel is known for his meticulous research and ability to present complex information in a reader-friendly manner. His dedication to the craft of journalism is matched only by his passion for ensuring accuracy and accountability in reporting.

View all posts by Samuel Miller →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *