- Studi dari University of Michigan menjelaskan mutasi FOXA1.
- Dua kelas mutasi FOXA1 mengubah perkembangan tumor prostat.
- Mutasi Kelas 1 dan Kelas 2 memiliki pengaruh yang berbeda.
Pentingnya Mutasi FOXA1 dalam Kanker Prostat
Penelitian terbaru dari University of Michigan Rogel Health Cancer Center, yang dipublikasikan dalam jurnal Science, mengangkat bagaimana dua kelas mutasi berbeda dalam gen FOXA1— yang sering dialterasi pada kanker prostat— dapat memicu pembentukan tumor dan ketahanan terapi. Gen FOXA1, yang merupakan faktor transkripsi kunci, berfungsi untuk mengikat reseptor androgen ke DNA, dan mutasinya ditemukan dalam 10–40% kanker prostat yang bergantung pada hormon.
Dua Kelas Mutasi FOXA1 dan Dampaknya
Para peneliti, termasuk Arul Chinnaiyan, M.D., Ph.D. dan Abhijit Parolia, Ph.D., menggunakan model tikus untuk memahami mekanisme yang mendasari dua kelas utama mutasi FOXA1. Pertama, mutasi Kelas 1 yang sering ditemukan dalam kanker prostat primer berkolaborasi dengan hilangnya gen TP53 untuk mendorong terbentuknya tumor agresif yang tetap sensitif terhadap hormon. Sebaliknya, mutasi Kelas 2, yang biasanya ada di kanker prostat metastatik, tidak memicu pertumbuhan tumor secara independen; namun, mereka mengubah identitas garis sel yang berujung pada ketahanan terhadap terapi hormonal.
Menghadapi Ketahanan Terapi Kanker Prostat
Dalam penelitian ini, para peneliti menunjukkan bahwa mutasi FOXA1 memiliki dua wajah yang berbeda dalam perkembangan kanker prostat. Chinnaiyan mencatat bahwa ini adalah bukti in vivo pertama yang menunjukkan bahwa FOXA1 dapat menjadi pemicu kanker prostat. Temuan ini membuka kemungkinan strategi terapeutik yang spesifik untuk mutasi FOXA1, menyempurnakan pemahaman kita tentang evolusi kanker prostat. Penelitian ini juga memberikan informasi penting tentang ketahanan terapi yang dihadapi pasien dalam pengobatan kanker prostat.
Temuan dari penelitian ini memberikan wawasan baru tentang mutasi FOXA1 yang berperan penting dalam kanker prostat, dengan dua kelas mutasi yang berbeda yang memengaruhi pengembangan tumor dan respons terhadap terapi. Penelitian ini menegaskan bahwa Kelas 1 mutasi berkontribusi pada pembentukan tumor agresif, sementara Kelas 2 terkait dengan ketahanan terhadap terapi hormonal. Pemahaman yang lebih dalam ini dapat membuka jalan untuk pengembangan strategi terapeutik yang lebih efektif yang ditargetkan pada mutasi spesifik.