Persetujuan FDA untuk Kombinasi Sotorasib dan Panitumumab pada Kanker Kolorektal G12C

FDA menyetujui sotorasib bersama panitumumab untuk mCRC KRAS G12C, memberikan harapan baru bagi pasien. Hasil studi menunjukkan median PFS 5.6 bulan dan ORR 26%. Diagnostik therascreen juga disetujui untuk identifikasi pasien. Meski terdapat efek samping, kemajuan ini penting bagi manajemen kanker kolorektal.

FDA telah menyetujui sotorasib bersamaan dengan panitumumab untuk pasien dewasa dengan kanker kolorektal metastatik (mCRC) yang memiliki mutasi KRAS G12C dan mengalami kemajuan setelah kemoterapi. Pengobatan ini ditujukan bagi pasien yang telah menjalani ke terapi berbasis fluoropyrimidine, oxaliplatin, dan irinotecan. Selain itu, perangkat diagnostik therascreen KRAS RGQ PCR Kit juga disetujui untuk membantu mengidentifikasi pasien yang memenuhi syarat. Studi fase 3 CodeBreaK 300 mendukung keputusan ini, dengan menunjukkan hasil median kelangsungan hidup bebas progresi (PFS) yang signifikan.

Dalam studi tersebut, dosis harian sotorasib 960 mg bersama panitumumab menunjukkan median PFS 5.6 bulan, dibandingkan dengan 2 bulan dalam kelompok kontrol. Rasio respons objektif (ORR) mencapai 26% pada pasien yang menerima kombinasi ini, sementara kelompok kontrol tidak menunjukkan respons. Namun, analisis kelangsungan hidup keseluruhan (OS) tidak menunjukkan signifikansi statistik. Medan OS untuk kombinasi ini tidak terdefinisi, dibandingkan dengan 10.3 bulan untuk kontrol.

Studi ini melibatkan pasien dewasa yang memiliki mCRC dengan mutasi KRAS G12C, dengan kriteria inklusi yang ketat. Pasien yang terdaftar harus memiliki setidaknya 1 lesi yang terukur. Partisipan dibagi menjadi tiga kelompok untuk menerima variasi dosis sotorasib dan panitumumab atau kontrol. Pengobatan dilanjutkan hingga progressive disease atau intoleransi terhadap pengobatan.

Mereka yang menerima kombinasi 960 mg sotorasib dan panitumumab, memiliki data demografis sebagai berikut: median usia 64 tahun, 46% di antaranya berusia 65 tahun ke atas, dan 74% adalah pasien kulit putih. Pada kelompok ini, 26% mengalami efek samping serius, dan 26% lainnya memerlukan gangguan dosis sotorasib. Efek samping umum termasuk rash, kulit kering, dan diare.

Hasil PFS menunjukkan tidak ada manfaat signifikan dari sotorasib 240 mg dibandingkan kontrol. Pada kelompok 960 mg, 36% pasien menerima pengobatan lebih dari 6 bulan, dengan 6% lebih dari 1 tahun. Efek samping hematologi seperti penurunan kadar magnesium dan kalium juga dilaporkan, meskipun dengan prevalensi rendah.

Pengobatan kanker kolorektal dengan mutasi KRAS G12C kini memasuki era baru setelah FDA memberikan persetujuan untuk kombinasi sotorasib dan panitumumab. KRAS G12C adalah salah satu mutasi onkogenik yang sulit diobati, dan perkembangan pengobatan ini sangat penting bagi pasien yang tidak mendapatkan respon dari terapi konvensional. Studi CodeBreaK 300 menggarisbawahi efektivitas gabungan dua obat ini, menjanjikan harapan baru dalam manajemen mCRC.

Sotorasib dan panitumumab kini tersedia sebagai opsi pengobatan baru bagi pasien mCRC dengan mutasi KRAS G12C yang belum berhasil dengan terapi sebelumnya. Dengan hasil yang menggembirakan pada median PFS dan ORR, perawatan ini menawarkan harapan bagi pasien yang membutuhkan strategi baru. Meskipun terdapat risiko efek samping dan komplikasi terapi, kemajuan ini mencerminkan langkah signifikan dalam pengobatan kanker yang kompleks ini.

Sumber Asli: www.oncnursingnews.com

About Chloe Kim

Chloe Kim is an innovative journalist known for her work at the intersection of culture and politics. She has a vibrant career spanning over 8 years that includes stints in major newsrooms as well as independent media. Chloe's background in cultural studies informs her approach to reporting, as she amplifies stories that highlight diverse perspectives and experiences. Her distinctive voice and thought-provoking articles have earned her a loyal following.

View all posts by Chloe Kim →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *