- Klaim bahwa tabir surya meningkatkan risiko kanker kulit viral di media sosial.
- Dinas Kesehatan Connecticut menegaskan tidak ada bukti ilmiah klaim tersebut.
- Penelitian internasional mengidentifikasi beberapa alasan munculnya salah persepsi tentang kanker kulit.
Klaim Seputar Tabir Surya dan Kanker Kulit Mendapat Perhatian
Akhir-akhir ini, beredar di media sosial klaim bahwa penggunaan tabir surya dapat meningkatkan risiko kanker kulit. Meskipun diketahui bahwa radiasi ultraviolet (UV) adalah penyebab utama melanoma, tabir surya seharusnya melindungi kulit dengan menyaring sinar UV. Namun, pengguna di platform X dengan hampir 60.000 pengikut mengklaim justru sebaliknya, menuding bahwa penggunaan tabir surya malah menyebabkan masalah kesehatan. “Fakta yang tidak terbantahkan adalah negara-negara yang paling banyak menggunakan tabir surya juga memiliki insiden kanker kulit tertinggi,” tulisnya.
Peran Penelitian dalam Memahami Kanker Kulit Ini
Namun, para pakar kesehatan, seperti Brittany Schaefer dari Departemen Kesehatan Publik Connecticut, menyatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa penggunaan tabir surya meningkatkan risiko kanker. Menurutnya, data kanker yang disertakan dalam postingan tersebut adalah salah dan tidak berasal dari sumber resmi. Penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ilmuwan dari berbagai negara juga mencatat bahwa kesalahpahaman mengenai risiko kanker kulit dan perlindungan dari sinar matahari memiliki beberapa faktor, termasuk akses yang lebih baik terhadap diagnosis dan perawatan, serta global warming.
Statistik Mencolok tentang Kanker Kulit di Dunia
Lanjut melihat data statistik, Australia tercatat memiliki tingkat insiden kanker kulit tertinggi di dunia pada tahun 2022, dengan 37 kasus baru per 100.000 orang. Hal ini diikuti oleh Denmark dan Norwegia. Sementara itu, Amerika Serikat melaporkan jumlah total kasus kanker kulit tertinggi, sedangkan Jerman berada di posisi kedua. Meskipun ada peningkatan jumlah kasus, angka kematian akibat kanker kulit justru menurun, berkat kemajuan dalam pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tabir surya yang tepat sangat penting, di samping faktor-faktor lain.
Tantangan dalam Menggunakan Tabir Surya Secara Efektif
Tidak dapat dipungkiri, orang-orang menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan dan terpapar sinar matahari. Meskipun mereka menggunakan tabir surya, ada kemungkinan penggunaannya tidak dilakukan sesuai arahan. Hal ini, ditambah dengan kurangnya studi ilmiah mutakhir, memperkuat narasi yang sudah usang mengenai perlindungan kulit. FDA, lembaga yang mengatur bahan kimia di AS, baru memulai pengawasan terhadap tabir surya pada 2011. Studi-studi sebelumnya mungkin menggunakan produk yang menawarkan perlindungan lebih rendah, yang mungkin tidak relevan lagi di zaman sekarang.
Kesimpulannya, meskipun ada banyak klaim di media sosial mengenai tabir surya dan kanker kulit, bukti ilmiah tidak mendukung hubungan tersebut. Data menunjukkan insiden kanker kulit terus meningkat sementara angka kematian menurun, berkat perawatan yang lebih baik. Penggunaan tabir surya tetap penting, namun pemahaman yang salah dan penelitian yang ketinggalan zaman bisa memperburuk situasi ini.