Uji coba ACCELERATE, penelitian fase III yang membandingkan kemoterapi adjuvan dengan dan tanpa kemoradioterapi, menghadapi penutupan prematur akibat COVID-19. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam kelangsungan hidup antara kedua perawatan, dengan kemoterapi tunggal tetap menjadi pilihan standar setelah operasi untuk pasien kanker kandung empedu.
Uji coba ACCELERATE adalah penelitian multicenter fase III yang membandingkan kemoterapi adjuvan (ChT) versus kombinasi kemoterapi dengan kemoradioterapi (CRT) untuk pasien kanker kandung empedu yang sudah diangkat. Sayangnya, penelitian ini terpaksa ditutup lebih awal karena akumulasi pasien yang lambat dan pandemi COVID-19, sehingga hasilnya tidak dapat disimpulkan secara jelas mengenai manfaat menambah CRT ke dalam ChT. Hasil ini disampaikan oleh Atul Sharma, MBBS, MD di Simposium Kanker Gastrointestinal 2025 American Society of Clinical Oncology.
Sebanyak 94 pasien kanker kandung empedu dengan status R0 atau R1 direkrut dan dibagi menjadi dua kelompok: ChT saja (Arm 1) dan ChT diikuti CRT (Arm 2). Regimen kemoterapi termasuk mGemOx (gemcitabine dan oxaliplatin) atau GemCis (gemcitabine dan cisplatin). Pada Arm 2, pasien menerima tiga siklus ChT, kemudian 45 Gy radiasi dengan kapecitabine, diikuti dua hingga tiga siklus kemoterapi tambahan. Endpoint utama adalah kelangsungan hidup bebas kekambuhan (RFS).
Hasil menunjukkan bahwa RFS tidak dapat dihitung untuk Arm 1, sedangkan Arm 2 memiliki angka 34,39 bulan (P=.202). Kelangsungan hidup secara keseluruhan (OS) juga tidak terukur di Arm 1 dan di Arm 2 adalah 34,56 bulan (P=.123). Rata-rata RFS di Arm 1 adalah 51,96 bulan dan di Arm 2 adalah 43,99 bulan tanpa perbedaan signifikan. Namun, tingkat penyelesaian lima hingga enam siklus ChT lebih tinggi di Arm 1 (85,7%) dibandingkan Arm 2 (62,2%).
Meski Arm 1 mengalami lebih banyak efek samping seperti diare (P=.021) dan neuropati perifer (P=.001), angka kematian akibat progresi penyakit di Arm 2 lebih tinggi (44,44%) daripada Arm 1 (28,57%). Satu pasien di masing-masing arm meninggal karena efek samping pengobatan, menunjukkan perlunya pemantauan ketat terhadap efek samping, terutama pada regimen kombinasi.
Temuan dari uji coba ACCELERATE ini menunjukkan bahwa menambah CRT ke ChT tidak secara signifikan meningkatkan RFS atau OS pada pasien kanker kandung empedu yang telah menjalani operasi. Walaupun CRT mungkin berguna untuk tumor gastrointestinal lain, dalam konteks ini kemoterapi tunggal masih dianggap sebagai pendekatan standar setelah operasi. Penelitian lebih lanjut dengan kapasitas yang cukup dibutuhkan untuk mengeksplorasi potensi CRT dalam meningkatkan hasil pasien kanker kandung empedu yang telah diangkat.
Uji coba ACCELERATE bertujuan untuk mengkaji efektivitas regimen pengobatan baru untuk pasien kanker kandung empedu, yang merupakan jenis kanker langka namun sering kali fatal. Studi ini melibatkan pendekatan kombinasi pengobatan yang mungkin lebih efektif dibanding metode yang sudah ada. Namun, penutupan yang cepat dan tantangan yang muncul dari pandemi COVID-19 menghalangi kemampuan penelitian untuk menarik kesimpulan yang kuat mengenai efektivitas pengobatan ini.
Meskipun penelitian ACCELERATE menawarkan desain yang menjanjikan, hasilnya tidak mendukung penambahan CRT ke dalam pengelolaan kanker kandung empedu setelah operasi. Kemoterapi tunggal masih menjadi pilihan utama untuk adjuvan, dan penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk menjelaskan manfaat potensial dari kombinasi pengobatan ini.
Sumber Asli: www.docwirenews.com