Studi mendapati bahwa 40% penyintas kanker anak melaporkan beban gejala tinggi, didorong oleh kecemasan pengasuh dan kondisi lingkungan. Faktor kesejahteraan psikologis seperti makna hidup memiliki efek positif dalam mengurangi beban gejala. Peneliti mendorong intervensi berbasis keluarga untuk perbaikan kesehatan jangka panjang.
Diagnosis kanker masa kanak-kanak dan pengobatan yang menyertainya sering dikenali, tetapi pemahaman tentang beban gejala yang dialami pasien seringkali kurang. Beban gejala mencakup frekuensi dan tingkat keparahan status kesehatan abnormal yang dirasakan pasien, termasuk pengaruh terhadap tubuh dan emosi mereka. Studi menunjukkan bahwa pengaruh faktor kontekstual seperti kondisi keluarga dan lingkungan sekitar terhadap beban gejala pada penyintas kanker anak masih kurang dipahami, sehingga perlunya pendekatan menyeluruh dalam manajemen gejala. Peneliti di St. Jude Children’s Research Hospital berupaya mengidentifikasi cara untuk meningkatkan kesehatan jangka panjang penyintas kanker anak dan mengurangi efek samping dari pengobatan. Dalam studi ini, mereka menggunakan data dari St. Jude Lifetime Cohort Study (St. Jude LIFE) yang mengevaluasi beban gejala dan mengidentifikasi faktor penyebabnya, termasuk kecemasan pengasuh serta lingkungan sosial. Penelitian yang dipublikasikan dalam JAMA Network Open ini meneliti gejala fisik dan psikologis pada penyintas anak berusia di bawah 18 tahun dan pentingnya memahami tantangan yang mereka hadapi pasca pengobatan.
Peneliti menemukan bahwa hampir 40% penyintas muda melaporkan beban gejala kumulatif sedang hingga tinggi. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kecemasan pengasuh dengan beban gejala yang dialami oleh penyintas. Kecemasan dari pengasuh dapat memperburuk kondisi penyintas, dengan risiko beban gejala dua kali lipat lebih tinggi jika orang tua merasa cemas. Di sisi lain, Indeks Kerentanan Sosial (SVI) juga menunjukkan bahwa faktor lingkungan memiliki kontribusi signifikan terhadap beban gejala. Penyintas yang tinggal di lingkungan dengan kerentanan sosial tinggi menghadapi lima kali risiko lebih tinggi dalam mengalami beban gejala yang tinggi.
Menariknya, penelitian juga menemukan faktor perlindungan, seperti rasa makna dan tujuan yang dimiliki penyintas. Rasa optimis dan harapan dalam hidup dapat membantu penyintas mengatasi gejala kanker. Mereka yang merasa memiliki makna dan tujuan hidup melaporkan tingkat beban gejala yang lebih rendah, meskipun mengalami masalah kesehatan yang sama. Riset menunjukkan hubungan positif antara ketahanan psikologis anak dengan pengurangan dampak negatif faktor kontekstual pada beban gejala.
Dalam konteks ini, penting untuk menerapkan intervensi yang berfokus pada pengasuh serta memberikan sumber daya bagi mereka dalam menghadapi tantangan lingkungan fisik yang ada. Penyintas yang menemukan makna dalam perjalanan kanker mereka lebih mampu beradaptasi dan menjalani hidup dengan baik. Tujuan akhir adalah mengidentifikasi sumber gejala yang dialami dan memberikan intervensi yang tepat agar kesehatan penyintas dapat terus terjaga.
Beban gejala adalah indikator penting bagi penyintas kanker anak. Dalam penelitian terkini, fokus diarahkan pada penyintas yang masih muda, di bawah 18 tahun, untuk menggali lebih dalam pengaruh faktor kontekstual seperti kondisi keluarga dan lingkungan terhadap kualitas hidup mereka. Penelitian ini ingin memberikan pemahaman yang lebih baik tentang tantangan yang dihadapi para penyintas pasca pengobatan.
Studi ini menunjukkan perlunya perhatian lebih terhadap beban gejala pada penyintas kanker anak yang tampaknya tidak mendapatkan cukup perhatian. Kecemasan pengasuh dan kondisi lingkungan sosial berkontribusi besar terhadap pengalaman mereka. Dengan fokus pada intervensi yang melibatkan keluarga dan cara meningkatkan rasa makna, kita bisa membantu penyintas dengan lebih efektif.
Sumber Asli: www.stjude.org