Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Media Sosial Terkait Fatalisme Kanker

Penelitian dari UT Southwestern menunjukkan bahwa individu yang terdidik dan terampil dalam informasi media sosial memiliki pandangan yang lebih positif tentang kanker. Sebaliknya, mereka yang kurang terdidik dan tidak memahami informasi kesehatan cenderung lebih fatalis. Itu berimplikasi pada perlunya pendidikan dalam literasi digital bagi masyarakat.

Sebuah studi dari UT Southwestern Medical Center menemukan bahwa tingkat pendidikan dan keterampilan media sosial berkaitan dengan pandangan fatalis terhadap kanker. Orang-orang yang lebih terdidik dan mahir dalam mencari informasi yang dapat dipercaya di media sosial cenderung tidak melihat kanker sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal ini berimplikasi penting dalam meningkatkan upaya kesehatan masyarakat untuk pencegahan dan skrining kanker.

Keyakinan fatalis dalam konteks kanker mengacu pada anggapan bahwa penyakit ini tidak dapat dihindari. Penelitian menunjukkan bahwa pandangan semacam ini menghambat individu dari melakukan skrining dan memperhatikan gejala dengan cepat, yang mengakibatkan keterlambatan dalam pengobatan.

Data yang dianalisis berasal dari Health Information National Trends Survey, yang mengevaluasi pemahaman masyarakat mengenai faktor risiko kanker, serta sikap terhadap skrining dan pencegahannya. Penelitian ini mencatat respons dari individu dewasa yang menggunakan media sosial dalam setahun terakhir dan menyimpulkan bahwa kapasitas menyaring informasi kesehatan sangat dipengaruhi oleh level pendidikan.

Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan pendidikan perguruan tinggi dan kesadaran media yang tinggi lebih sedikit memiliki pandangan fatalis. Sebaliknya, individu tanpa gelar yang rendah dalam kesadaran media cenderung lebih memiliki pandangan pesimistis mengenai kanker. Upaya untuk meningkatkan literasi media di kalangan kolektif ini diharapkan dapat mengubah pandangan tentang pencegahan dan pengobatan kanker.

Hasil survei menunjukkan bahwa partisipan yang kesulitan mengidentifikasi informasi kesehatan di media sosial lebih mungkin memiliki kepercayaan negatif. Sebanyak 60% partisipan berpendidikan tinggi setuju jika “segala sesuatu menyebabkan kanker,” sementara persentase ini naik menjadi 74% untuk mereka yang kurang terdidik dan kurang paham media.

Penyelidikan ini menekankan pentingnya mendidik pengguna media sosial agar dapat membedakan sumber informasi yang andal sehingga dapat menurunkan pandangan fatalis tentang kanker. “Kami perlu berinvestasi dalam literasi digital untuk membantu pasien memahami informasi yang berbasis fakta dan berkualitas di online,” kata Dr. Stimpson.

Studi ini menyoroti hubungan antara pendidikan, kemampuan media sosial, dan pandangan masyarakat tentang kanker. Pandangan fatalis dapat berujung pada rendahnya kesadaran tentang pencegahan dan deteksi dini, sehingga meningkatkan risiko keterlambatan pengobatan. Dengan meningkatnya informasi kesehatan yang tersedia di media sosial, penting untuk mengevaluasi keakuratan informasi tersebut dan dampaknya terhadap pemahaman masyarakat luas mengenai kanker.

Studi ini menunjukkan bahwa pendidikan dan keterampilan dalam menilai informasi di media sosial berpengaruh pada pandangan masyarakat tentang kanker. Dengan meningkatkan literasi media, masyarakat diharapkan dapat mengurangi pandangan fatalis, sehingga meningkatkan angka skrining dan pencegahan kanker.

Sumber Asli: www.utsouthwestern.edu

About Chloe Kim

Chloe Kim is an innovative journalist known for her work at the intersection of culture and politics. She has a vibrant career spanning over 8 years that includes stints in major newsrooms as well as independent media. Chloe's background in cultural studies informs her approach to reporting, as she amplifies stories that highlight diverse perspectives and experiences. Her distinctive voice and thought-provoking articles have earned her a loyal following.

View all posts by Chloe Kim →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *