Tes Darah Baru Tawarkan Deteksi Kanker Kolorektal yang Lebih Akurat

Studi terbaru menunjukkan bahwa tes darah baru untuk deteksi kanker kolorektal menunjukkan hasil menjanjikan. Tes ini berpotensi meningkatkan angka skrining, terutama di kalangan individu yang tidak melakukan skrining kanker kolorektal. Meskipun kolonoskopi masih menjadi metode utama, pengembangan tes darah ini bisa menjadi solusi lebih mudah dan efektif.

Sebuah tes darah baru menunjukkan potensi yang menjanjikan untuk deteksi kanker kolorektal, menurut sebuah studi terbaru. Tes darah pertama, bernama Shield, telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) pada bulan Juli untuk orang-orang berusia 45 tahun ke atas yang berisiko rata-rata. Tes baru ini, meskipun masih dalam tahap eksperimen, berfungsi dengan keakuratan yang mirip dengan Shield, dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

Pentingnya tes darah ini terletak pada kemampuannya untuk meningkatkan angka skrining kanker kolorektal, karena 22% individu yang memenuhi syarat tidak menjalani skrining. Dalam beberapa negara bagian, angka ini mencapai 40%. Berbeda dengan kolonoskopi, tes darah yang lebih mudah dilaksanakan tidak memerlukan anestesi atau persiapan pembersihan usus yang rumit.

Meskipun secara keseluruhan angka kanker kolorektal menurun, angka ini meningkat 1-2% setiap tahun di kalangan orang dewasa muda sejak pertengahan 1990-an. Kanker kolorektal sekarang menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada pria di bawah 50 tahun dan nomor dua untuk wanita di usia yang sama. Ketelitian tes darah baru ini diklaim lebih dari 80% pada deteksi kanker dan 90% pada pengujian orang sehat.

Studi melibatkan lebih dari 40.000 pasien yang menjalani kolonoskopi di 200 lokasi medis di seluruh negeri, dan membandingkan hasil tes darah dengan hasil kolonoskopi. Dr. Pamela Kunz mencatat bahwa “tes darah ini mewakili alat baru dalam opsi skrining kanker kolorektal kita.”

Kolonoskopi tetap menjadi standar emas untuk skrining kolorektal, meskipun tes tinja dan tes darah baru dimaksudkan sebagai pelengkap. Jika hasil dari tes tersebut abnormal, kolonoskopi harus dilakukan. Menurut American Cancer Society, melakukan skrining apapun lebih baik dibandingkan tidak melakukan skrining sama sekali.

Kanker kolorektal menjadi perhatian utama kesehatan di seluruh dunia dengan adanya peningkatan jumlah kasus, khususnya di kalangan orang dewasa muda. Penelitian terbaru menunjukkan penggunaan tes darah sebagai alternatif skrining yang lebih nyaman dibandingkan kolonoskopi. Meskipun kolonoskopi tetap menjadi metode konvensional, terdapat kebutuhan mendesak untuk meningkatkan angka skrining agar lebih banyak individu terdorong untuk memeriksakan kesehatannya. Perkembangan dalam pengujian non-invasif, seperti tes darah, bisa menjadi kunci dalam mempromosikan kesehatan masyarakat dan meningkatkan angka deteksi dini kanker. Lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami sepenuhnya efektivitas tes ini, namun hasil awal sangat menjanjikan.

Tes darah baru memberikan alternatif potensial untuk skrining kanker kolorektal yang lebih mudah diakses. Dengan tingkat akurasi yang tinggi, tes ini bisa meningkatkan skrining di kalangan populasi yang tidak terjangkau oleh metode tradisional. Meskipun kolonoskopi masih menjadi metode utama, inovasi seperti tes darah bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dan mendorong lebih banyak orang untuk melakukan skrining kanker. Dalam menghadapi peningkatan kasus kanker kolorektal, penting untuk terus mendorong kesadaran akan deteksi dini dan perawatan yang tepat.

Sumber Asli: www.phillyvoice.com

About Samuel Miller

Samuel Miller is a veteran journalist with more than 20 years of experience in print and digital media. Having started his career as a news reporter in a small town, he rose to prominence covering national politics and economic developments. Samuel is known for his meticulous research and ability to present complex information in a reader-friendly manner. His dedication to the craft of journalism is matched only by his passion for ensuring accuracy and accountability in reporting.

View all posts by Samuel Miller →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *