Ahli hematologi menghadapi tantangan dalam merawat pasien kanker darah di akhir hayat, termasuk kurangnya akses perawatan hospice, keraguan tentang perawatan di rumah, dan ketidakjelasan dalam pemakaian transfusi serta antikoagulan. Keterlibatan pasien dalam keputusan perawatan sangat penting agar perawatan yang diberikan dapat sesuai harapan dan kebutuhan mereka.
Perawatan medis di akhir hidup menjadi tantangan bagi ahli hematologi, terutama dalam mempertimbangkan keinginan pasien dan keluarganya. Banyak pasien kanker darah tidak menerima perawatan akhir hidup yang mereka inginkan. Sebuah studi di University of Rochester menemukan bahwa hanya 15,6% pasien dengan leukemik akut meninggal di rumah. Pentingnya keterlibatan perawatan paliatif dan hospice sering kali diabaikan sampai terlambat.
Selain itu, ada skeptisisme mengenai ide meninggal di rumah, khususnya bagi pasien dengan penyakit hematologi, di mana prosesnya bisa sangat menyakitkan. Kematian yang tenang dan damai di rumah mungkin tidak selalu terjadi. Perawatan hospice seharusnya tidak dibatasi oleh lokasi, dan model perawatan harus fleksibel.
Transfusi sering kali tidak tersedia dalam layanan hospice, karena program ini biasanya mengharuskan pasien untuk menghentikan pengobatan kanker. Survei menunjukkan bahwa 55% penyedia layanan hospice tidak menawarkan transfusi. Solusi untuk mengakses transfusi dalam hospice perlu diperjuangkan lebih lanjut.
Ketidakjelasan kapan harus menghentikan antikoagulan di akhir hidup juga menjadi tantangan. Menurut Dr. Anna Parks, tidak ada pedoman yang jelas, dan keputusan ini sulit diambil. Faktor-faktor seperti harapan hidup dan preferensi pasien harus diperhitungkan saat menentukan kelanjutan perawatan tersebut.
Dengan memahami berbagai keinginan pasien, tenaga medis dapat menyesuaikan rencana perawatan akhir hidup untuk memenuhi harapan individu. Keterlibatan pasien dalam keputusan perawatan sangat penting untuk mencapai kualitas hidup yang diinginkan di akhir hayat.
Perawatan akhir hidup untuk pasien kanker darah melibatkan banyak dilema moral dan etika. Ini termasuk pemahaman akan keinginan pasien, pendekatan hospice, dan keputusan terkait transfusi serta penggunaan antikoagulan. Data menunjukkan bahwa banyak pasien tidak mendapatkan perawatan yang mereka inginkan, sehingga penting bagi tenaga medis untuk meminta dan memahami keinginan pasien sejak dini.
Dalam merawat pasien dengan kanker darah di akhir hayat, penting untuk memahami dan menghormati keinginan pasien. Keterlibatan hospice dan perhatian terhadap kebutuhan individu membantu dalam menciptakan perawatan yang lebih baik. Namun, kekurangan dalam akses transfusi dan kebingungan mengenai penggunaan antikoagulan menunjukkan bahwa masih ada banyak yang perlu diperbaiki dalam sistem perawatan ini.
Sumber Asli: www.medscape.com