Dampak Kemoterapi: Nyeri Saraf pada Pasien Kanker

Empat dari sepuluh pasien kanker mengalami nyeri saraf setelah kemoterapi. Kategori kemoterapi berbasis platinum dan taxane berisiko tinggi. Nyeri ini dapat menyebabkan kelemahan, kehilangan keseimbangan, dan sensasi tidak nyaman. Pasien kanker paru-paru menunjukkan tingkat neuropati tertinggi, sedangkan kanker ovarium dan limfoma terendah.

Sebanyak empat dari sepuluh pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengalami nyeri saraf perifer yang parah, menurut sebuah tinjauan bukti terbaru. Nyeri ini ditandai dengan kehilangan keseimbangan, kelemahan, serta sensasi mati rasa, kesemutan, atau rasa terbakar. Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Ryan D’Souza dari Mayo Clinic dan dipublikasikan dalam jurnal Regional Anesthesia & Pain Medicine.

Kemoterapi berbasis platinum dan taxane merupakan penyebab utama nyeri saraf, terutama pada pasien kanker paru-paru yang memiliki risiko tertinggi. Peneliti mengungkapkan bahwa pengobatan kanker membunuh sel kanker tetapi juga merusak sel dan jaringan sehat, termasuk sistem saraf, yang mengakibatkan nyeri saraf kronis.

Dalam studi ini, data diambil dari 77 penelitian sebelumnya yang melibatkan hampir 11.000 peserta dari 28 negara, menunjukkan bahwa lebih dari 41% pasien mengalami neuropati perifer yang menyakitkan dan bertahan setidaknya selama tiga bulan. Pasien kanker paru-paru memiliki tingkat nyeri saraf tertinggi, lebih dari 62%.

Sementara itu, pasien dengan kanker ovarium (32%) dan limfoma (36%) memiliki risiko terendah. Peneliti merekomendasikan agar lebih banyak studi dilakukan untuk memahami penyebab rasa sakit akibat kemoterapi serta mengembangkan terapi yang dapat melindungi pasien kanker.

Penelitian ini menunjukkan bahwa neuropati perifer adalah efek samping umum dari kemoterapi, dengan konsekuensi signifikan bagi kesehatan pasien kanker. Kerusakan saraf yang diakibatkan oleh kemoterapi bisa menyebabkan nyeri yang berlangsung lama, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Ketidaknyamanan ini menjadi perhatian besar dalam pengobatan kanker, karena pada banyak kasus, pengobatan kemoterapi harus dilakukan dalam jangka waktu yang panjang.

Penelitian ini menyoroti bahwa 40% pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengalami nyeri saraf perifer, terutama setelah menggunakan kemoterapi berbasis platinum atau taxane. Nyeri ini dapat mempengaruhi keseimbangan dan koordinasi, dengan tingkat tertinggi pada pasien kanker paru-paru. Kesadaran akan kemungkinan efek samping ini penting bagi pasien agar dapat melaporkan gejala kepada dokter.

Sumber Asli: www.healthday.com

About Samuel Miller

Samuel Miller is a veteran journalist with more than 20 years of experience in print and digital media. Having started his career as a news reporter in a small town, he rose to prominence covering national politics and economic developments. Samuel is known for his meticulous research and ability to present complex information in a reader-friendly manner. His dedication to the craft of journalism is matched only by his passion for ensuring accuracy and accountability in reporting.

View all posts by Samuel Miller →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *