Risiko Kanker Sekunder Rendah Setelah Terapi CAR T-Cell, Temuan Studi

Studi di Stanford menunjukkan bahwa risiko kanker sekunder setelah terapi CAR-T sangat rendah, sekitar 6,5% dalam tiga tahun. Kasus kanker T sel yang fatal lebih terkait dengan imunosupresi terlepas dari terapi CAR-T. Penelitian ini membolehkan dokter untuk lebih memahami risiko dan pentingnya pemantauan pada pasien yang menjalani terapi CAR-T.

Penelitian besar di Stanford Medicine menunjukkan bahwa risiko kanker sekunder setelah terapi CAR-T sel sangat rendah, meski ada peringatan dari FDA. Dalam studi yang melibatkan lebih dari 700 pasien, risiko kanker darah sekunder hanya sekitar 6,5% dalam tiga tahun setelah terapi. Satu kasus kanker T sel fatal dikaitkan dengan imunosupresi akibat terapi, bukan dari CAR-T itu sendiri. Para peneliti menyatakan bahwa penelitian ini dapat mengurangi kekhawatiran yang ditimbulkan oleh peringatan FDA dan membantu identifikasi pasien yang berpotensi berisiko lebih tinggi. Penelitian menunjukkan hasil yang mirip dengan pasien yang menjalani transplantasi sel punca.
Studi ini dilakukan dari 2016 hingga 2024 dan menggunakan analisis genetik dan seluler untuk membandingkan tumor pasien, sel CAR-T, dan sel sehat. Para peneliti ingin memahami satu kasus kanker sekunder yang jarang terjadi dan menemukan bahwa sel darah pasien sudah memiliki kondisi sebelum menerima terapi CAR-T. Dengan memahami hubungan antara terjadinya kanker sekunder dan terapi CAR-T, penelitian ini memberikan panduan untuk memantau risiko pada pasien di masa depan.

Terapi CAR-T adalah pengobatan kanker inovatif yang muncul pada tahun 2017, melibatkan pengikatan genetik sel T untuk lebih efektif membunuh sel kanker. Meskipun banyak keberhasilan dalam pengobatan, ada kekhawatiran bahwa terapi ini dapat menyebabkan kanker sekunder. Peringatan FDA terkait risiko kanker memberikan latar belakang bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memberikan informasi lebih lanjut mengenai risiko tersebut, serta membantu mendefinisikan pemantauan pasca terapi bagi pasien yang berisiko.

Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa risiko kanker sekunder setelah terapi CAR-T sangat rendah, dengan insidensi yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan terapi lain seperti transplantasi sel punca. Penelitian ini membantu mengidentifikasi pasien berisiko dan menunjukkan pentingnya pemantauan lebih lanjut pasca terapi. Hasil ini memberikan harapan bagi pasien yang menjalani terapi CAR-T dan mengurangi kekhawatiran terkait risiko kanker sekunder.

Sumber Asli: www.technologynetworks.com

About Malik Johnson

Malik Johnson is a distinguished reporter with a flair for crafting compelling narratives in both print and digital media. With a background in sociology, he has spent over a decade covering issues of social justice and community activism. His work has not only informed but has also inspired grassroots movements across the country. Malik's engaging storytelling style resonates with audiences, making him a sought-after speaker at journalism conferences.

View all posts by Malik Johnson →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *