Para ilmuwan di Northwestern Medicine menemukan jalur kunci yang berpengaruh pada pertumbuhan tumor limfoma B. Penelitian menunjukkan bahwa deplesi BAP1 mengurangi infiltrasi sel imun dan mempercepat pertumbuhan tumor. Menghambat PRC1 bisa memulihkan ekspresi MHC-II yang hilang, menawarkan harapan untuk peningkatan imunoterapi limfoma B.
Para ilmuwan Northwestern Medicine telah menemukan jalur kunci yang mengontrol pertumbuhan tumor pada limfoma B, seperti terungkap dalam studi yang dipublikasikan di Journal of Clinical Investigation. Limfoma B, yang merupakan kanker yang berasal dari sel darah putih limfosit, menyumbang 85 persen dari diagnosis limfoma non-Hodgkin di AS setiap tahunnya. Berbagai subtipe limfoma B diperkirakan dipengaruhi oleh ketidak seimbangan antara kompleks Polikomb Repressif (PRC1/PRC2) dan kompleks PR-DUB, meskipun bagaimana protein epigenetik ini memengaruhi perkembangan kanker masih belum jelas.
Lu Wang, PhD, asisten profesor Biokimia dan Genetika Molekuler, yang merupakan penulis senior studi tersebut, menjelaskan bahwa ada perdebatan mengenai peran BAP1, subunit enzim dalam kompleks PR-DUB. Beberapa ilmuwan menganggap BAP1 sebagai penekan tumor, sementara yang lain mempertimbangkan BAP1 sebagai onkogen. “Ini adalah perdebatan besar di bidang ini: apakah BAP1 berfungsi sebagai penekan tumor atau onkogen, dan bagaimana ia berfungsi dalam konteks tumor.”
Studi ini menganalisis berbagai garis sel kanker manusia dengan BAP1 dan membandingkannya dengan garis sel yang memiliki BAP1 yang terhambat. Hasil dari pengurutan RNA menunjukkan bahwa BAP1 meningkatkan ekspresi beberapa gen MHC-II, yang berperan penting dalam respons imun tubuh. Fokus secara khusus diberikan pada limfoma B, yang mengekspresikan tingkat tinggi molekul MHC-II fungsional.
Penelitian menemukan bahwa deplesi gen BAP1 dalam sel limfoma B mengurangi infiltrasi sel imun dan mempercepat pertumbuhan tumor pada model hewan. Jika kompleks PRC1 yang berfungsi menentang aktivitas BAP1 dihambat, ekspresi MHC-II pada sel limfoma tanpa BAP1 dapat dipulihkan. “BAP1 dan PRC1 membentuk keseimbangan,” ungkap Wang. “Kedua enzim ini mengontrol tingkat pemahaman yang tepat dari molekul MHC-II.”
Temuan ini dapat membantu meningkatkan imunoterapi untuk limfoma B, kata Wang, yang saat ini tengah mengembangkan inhibitor PRC1 yang efektif. “Kami ingin meningkatkan senyawa untuk menyelamatkan ekspresi MSC-II dan mengembalikan lingkungan mikro tumor dalam model hewan,” jelasnya.
Studi ini menyoroti pentingnya pemahaman tentang peran kompleks protein epigenetik dalam pengembangan limfoma B. B-cell lymphoma merupakan penyakit yang umum dan mematikan, dan pemahaman tentang mekanisme di balik pertumbuhannya dapat membuka jalan untuk terapi baru. Permainan antara BAP1 dan PRC1 sebagai penentu ekspresi MHC-II juga menunjukkan potensi terapi yang lebih baik yang dapat dihasilkan dari modifikasi jalur ini.
Penelitian ini menegaskan peran penting BAP1 dan PRC1 dalam mengendalikan pertumbuhan tumor pada limfoma B. Dengan mengeksplorasi keseimbangan antara kedua tersebut, para peneliti berharap dapat mengembangkan terapi baru yang lebih efektif untuk meningkatkan imunoterapi. Temuan ini membuka peluang untuk menyelidiki inhibitor PRC1 lebih lanjut dalam konteks kanker.
Sumber Asli: news.feinberg.northwestern.edu