Kurang dari 1% pasien kanker dirawat dengan ablasi perkutan untuk nyeri, meski prosedur ini aman dan efektif. Penelitian di Emory University menunjukkan bahwa ablasi bisa mengurangi masa rawat inap, risiko kematian, dan readmisi. Namun, penggunaannya masih sangat rendah dan perlu peningkatan kesadaran serta akses.
Studi di Emory University menemukan bahwa kurang dari 1% pasien kanker yang dirawat di rumah sakit mendapatkan ablasi perkutan untuk meredakan nyeri akibat tumor tulang atau jaringan lunak. Penulis utama, Dr. Will Lindquester, menyebut penggunaan metode ini sangat minim, meski ada bukti yang menunjukkan keamanan dan efektivitasnya. Ablasi lebih sedikit risiko efek samping dibandingkan terapi radiasi, dan dapat memperpendek durasi rawat inap serta mengurangi risiko kematian dan readmisi. Namun, hanya 185 dari 19.793 pasien yang menjalani prosedur ini.
Banyak pasien kanker mengalami nyeri yang tidak tertangani dengan baik dan sering kali harus dirawat kembali untuk manajemen nyeri. Terapi radiasi eksternal adalah opsi palliativa yang umum, tetapi ablasi perkutan menawarkan alternatif minimally invasive. Metode ini dilakukan oleh radiolog intervensi dan menyasar tumor untuk menghancurkan sel kanker serta menghentikan sinyal nyeri. Hal ini mengarah pada potensi besar pemanfaatan teknologi baru ini dalam perawatan pasien kanker.
Data menunjukkan bahwa ablasi perkutan masih belum dimanfaatkan secara optimal dalam perawatan nyeri terkait kanker. Penelitian ini mengungkapkan adanya peluang pertumbuhan yang signifikan untuk layanan radiologi intervensi dengan meningkatkan kesadaran mengenai manfaat dan aksesibilitas prosedur ini. Penerapan ablasi bisa menawarkan solusi palliative yang lebih efisien dan efektif bagi pasien.
Sumber Asli: www.auntminnie.com