Inovasi Skrining Kanker Serviks Melalui Metilasi DNA di Afrika Selatan

Kanker serviks, yang paling umum keempat di kalangan wanita, merupakan tantangan kesehatan di negara berkembang. Penelitian oleh Dr. Robyn Adams menunjukkan bahwa metilasi DNA dapat meningkatkan skrining HPV. Test ini diharapkan dapat mendeteksi risiko kanker serviks lebih awal, terutama untuk perempuan yang hidup dengan HIV. Kebijakan nasional juga perlu mengikuti pedoman WHO untuk efektivitas yang lebih baik.

Kanker serviks, kanker paling umum keempat di kalangan wanita secara global, menjadi tantangan kesehatan serius, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Lebih dari 90% kematian akibat kanker ini terjadi di negara-negara tersebut, dengan sub-Sahara Afrika sebagai wilayah yang paling terdampak. Di Afrika Selatan, kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita meskipun ada kemajuan dalam skrining dini dan pencegahan.

Dr. Robyn Adams, yang telah meraih gelar doktor dalam obstetri dan ginekologi, meneliti penggunaan metilasi DNA untuk meningkatkan pencegahan kanker serviks, terutama bagi perempuan dengan HIV. Penelitian ini mendalami bagaimana metilasi DNA dapat membantu prioritas perawatan dalam program skrining HPV, khususnya untuk wanita yang mengidap HPV tipe risiko tinggi namun kurang mendapat referensi untuk pengobatan.

Metilasi DNA berpotensi meningkatkan spesifisitas skrining HPV dengan mendeteksi perubahan spesifik pada DNA sel serviks. Perubahan ini terjadi ketika kelompok metil ditambahkan pada bagian tertentu dari DNA, memengaruhi cara gen diaktifkan. Tes ini berfokus pada dua indikator biologis yang telah terbukti terkait dengan keberadaan dan tingkat keparahan penyakit serviks termasuk kanker serviks.

Tes metilasi DNA ini berbeda karena menargetkan perubahan dini dalam DNA, memungkinkan deteksi abnormalitas sel serviks terkait HPV. Dengan mendeteksi perubahan molecular lebih awal, tes ini dapat lebih akurat dalam mengidentifikasi wanita berisiko tinggi kanker serviks. Ini sangat penting di lingkungan di mana akses perawatan seringkali tertunda.

Dr. Adams menekankan bahwa meski tes ini menjanjikan, terdapat sejumlah hasil positif palsu yang perlu ditangani melalui penelitian lanjutan. Penelitian yang lebih besar dibutuhkan untuk mengonfirmasi efektivitasnya serta memastikan bahwa tes ini dapat diimplementasikan secara rutin, terutama dalam konteks negara berkembang. Hal ini termasuk mengedepankan kebijakan pencegahan kanker serviks yang sesuai dengan panduan WHO.

Disarankan agar kebijakan nasional pencegahan kanker serviks selaras dengan pedoman WHO yang mengutamakan tes DNA HPV sebagai standar untuk skrining awal. Di Afrika Selatan, meskipun skrining Pap masih direkomendasikan, ada pergeseran cepat ke arah tes HPV yang lebih akurat. Penyelarasan kebijakan ini diharapkan akan menciptakan program skrining kanker serviks yang konsisten dan adil di seluruh provinsi.

Cervical cancer is the fourth most common cancer in women worldwide, posing a significant health challenge especially in low- and middle-income countries where most deaths occur. Sub-Saharan Africa is particularly affected due to high rates of HPV infection and limited screening access. Despite improvements in detection methods, cervical cancer remains a leading cause of cancer deaths in South Africa.

Kanker serviks adalah masalah kesehatan yang serius, terutama di negara berpenghasilan rendah. Penelitian terbaru menunjukkan penggunaan metilasi DNA sebagai metode untuk meningkatkan akurasi skrining HPV. Di masa depan, pemahaman dan implementasi yang lebih baik dari kebijakan pencegahan berdasarkan pedoman WHO dapat membantu meminimalkan kematian akibat kanker serviks di Afrika Selatan dan negara-negara berkembang lainnya.

Sumber Asli: www.sun.ac.za

About Malik Johnson

Malik Johnson is a distinguished reporter with a flair for crafting compelling narratives in both print and digital media. With a background in sociology, he has spent over a decade covering issues of social justice and community activism. His work has not only informed but has also inspired grassroots movements across the country. Malik's engaging storytelling style resonates with audiences, making him a sought-after speaker at journalism conferences.

View all posts by Malik Johnson →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *