Penelitian menunjukkan bahwa usia biologis dapat memberikan informasi penting tentang risiko kanker kolorektal sebelum usia 50. Penuaan yang dipercepat dapat mempengaruhi hasil skrining dan deteksi. Kanker kolorektal semakin umum di kalangan individu di bawah 50 tahun, dan kolonoskopi dapat membantu pencegahan serta deteksi.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa “usia biologis” seseorang mungkin menjadi faktor tersembunyi dalam risiko terkena kanker kolorektal sebelum usia 50 tahun. “Usia biologis” yang dapat diukur melalui berbagai tes, mencerminkan pengaruh gaya hidup, genetik, dan faktor lingkungan terhadap tubuh individu. Hal ini berbeda dengan usia kronologis, yang hanya menghitung tahun yang telah dilewati.
Menurut Dr. Shria Kumar, seorang peneliti kanker kolorektal, “Usia biologis adalah konsep menarik yang mengarah ke ide penuaan yang dipercepat ketika usia biologis melebihi usia kronologis.” Jika seseorang berusia 50 tahun tetapi usia biologisnya 55 tahun, ini menunjukkan lima tahun penuaan yang dipercepat. Penelitian menunjukkan bahwa penuaan yang dipercepat dapat memprediksi umur dan beberapa jenis kanker.
Selain menghubungkan penuaan yang dipercepat dengan peningkatan risiko kanker kolorektal, deteksi dini melalui skrining bisa meningkatkan hasil pengobatan. Kanker kolorektal telah meningkat di kalangan orang di bawah 50 tahun sejak 2011, dengan peningkatan 2% per tahun menurut American Cancer Society. Setengah dari kanker kolorektal pada usia muda terjadi pada mereka yang di bawah 45 tahun.
Metode skrining kanker kolorektal yang umum adalah kolonoskopi, di mana dokter dapat mengidentifikasi dan mengangkat polip. Polip, yang merupakan pertumbuhan jaringan lunak, dapat menyebabkan kanker kolorektal. “Colonoscopy bukan hanya deteksi dini, tetapi juga pencegahan kanker,” kata Dr. Kumar, menekankan pentingnya skrining bagi individu dengan risiko tinggi.
Faktor-faktor seperti obesitas dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal sekaligus usia biologis. Penelitian yang dilakukan pada individu di bawah 50 tahun mengungkapkan bahwa setiap tahun penuaan yang dipercepat berkorelasi dengan peningkatan 16% risiko mengembangkan polip.
Dari hasil penelitian, ternyata faktor risiko terbesar untuk adanya polip adalah jenis kelamin pria. “Meskipun saya pikir temuan usia biologis menarik, faktor risiko terkuat untuk polip prakanser adalah jenis kelamin pria,” ujar Dr. Kumar. Memahami faktor risiko dapat membantu meningkatkan deteksi dini kanker kolorektal.
Penelitian tentang usia biologis sebagai alat prediksi risiko kanker kolorektal adalah bidang yang berkembang dalam epigenetik. Biologis usia individu dapat dipengaruhi oleh gaya hidup dan faktor lingkungan yang berbeda dari usia yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran. Kanker kolorektal kini semakin melejit di kalangan orang yang belum mencapai usia 50 tahun, menandakan perlunya memahami faktor-faktor risiko yang lebih dalam.
Akhirnya, penelitian tentang usia biologis dapat membantu mengidentifikasi faktor risiko untuk kanker kolorektal, yang pada gilirannya dapat meningkatkan strategi pencegahan dan deteksi dini. Skrining berbasis risiko akan memberi fokus pada individu dengan penuaan yang dipercepat. Dalam konteks peningkatan kasus kanker kolorektal di kalangan orang muda, perhatian yang tepat sangat diperlukan untuk mencegah penyakit ini lebih lanjut.
Sumber Asli: news.med.miami.edu