Acara Minggu Kanker Fokus pada Penanganan Misinformasi

Kegiatan Cancer Week di Harvard membahas bahaya informasi keliru seputar kanker dan dampaknya terhadap pasien. Para ahli menjelaskan pentingnya membangun kepercayaan dengan pasien dan memberikan panduan untuk menilai informasi medis yang beredar di internet.

Pada acara Studio di Harvard T.H. Chan School of Public Health, para ahli membahas tentang banyaknya informasi menyesatkan terkait pencegahan dan pengobatan kanker yang beredar di internet. Acara ini berlangsung pada 3 Februari sebagai bagian dari peringatan Hari Kanker Sedunia. Presentasi dilakukan oleh Skyler Johnson, Stacy Loeb, dan Milagros Abreu, serta dimoderatori oleh wartawan kesehatan, Mallika Marshall.

Misinformasi dapat memiliki konsekuensi serius bagi pasien kanker. Johnson menekankan bahwa rasa cemas dan rentan yang dialami pasien membuat mereka lebih mudah terpengaruh oleh informasi salah. Dia mengatakan, “Orang menginginkan kepastian dari ilmuwan dan penyedia layanan kesehatan” dalam keadaan kritis, namun, mengikuti rekomendasi yang salah dapat menghambat peluang kesembuhan.

Loeb menambahkan bahwa informasi keliru dapat menjangkau seluruh tahap pengalaman pasien, mulai dari pencegahan hingga pemulihan. Misal, mitos seputar gejala kanker prostat dapat membuat pasien panik dan menghindari perawatan konvensional. Penelitian menunjukkan, 40% konten terkait kanker di media sosial adalah misinformation, menciptakan tantangan lebih lanjut untuk pasien.

Walaupun beberapa informasi yang tersedia benar, sering kali sulit dipahami oleh masyarakat umum, dan kurang menyediakan panduan yang dapat diikuti. Johnson juga mencatat bahwa informasi akurat sering kalah popularitas di media sosial dibandingkan dengan informasi yang menyesatkan tentang pengobatan alternatif.

Selama simposium, Johnson menjelaskan bahwa memilih perawatan alternatif dapat berdampak buruk pada tingkat kelangsungan hidup pasien. Mereka yang memilih pengobatan berbasis bukti memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun yang lebih tinggi dibandingkan pasien yang beralih ke terapi alternatif: 87% berbanding 58%.

Loeb menjelaskan bahwa tim medis harus aktif memberikan informasi pada pasien. Mereka dapat menyediakan “reskripsi informasi” dengan sumber tepercaya, misalnya situs universitas dan pemerintah. Johnson merekomendasikan metode penilaian sumber informasi yang beliau sebut CRAP Score untuk membantu pasien memilih informasi yang valid.

Abreu menekankan pentingnya membangun kepercayaan dengan pasien untuk melawan informasi yang salah. Pada 4 Februari, acara lebih lanjut diadakan, termasuk sesi tanya jawab di kafe dan demonstrasi memasak makanan sehat, serta pencahayaan gedung-gedung ikonik sebagai simbol dukungan momen ini.

Acara ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya informasi keliru terkait kanker yang tersebar luas secara online, yang dapat membingungkan dan menyesatkan pasien dalam membuat keputusan kesehatan. Fokus pada pentingnya membedakan informasi yang valid dan tidak valid menjadi penting, khususnya di dunia yang semakin dipenuhi dengan informasi digital.

Acara Cancer Week menyoroti risiko informasi menyesatkan bagi pasien kanker, yang dapat mempengaruhi keputusan pengobatan mereka. Penting bagi pasien dan penyedia layanan kesehatan untuk bekerja sama, membangun kepercayaan, dan memberikan sumber informasi yang akurat agar pasien dapat membuat keputusan kesehatan yang tepat.

Sumber Asli: hsph.harvard.edu

About Malik Johnson

Malik Johnson is a distinguished reporter with a flair for crafting compelling narratives in both print and digital media. With a background in sociology, he has spent over a decade covering issues of social justice and community activism. His work has not only informed but has also inspired grassroots movements across the country. Malik's engaging storytelling style resonates with audiences, making him a sought-after speaker at journalism conferences.

View all posts by Malik Johnson →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *