Tes Darah Baru Untuk Kanker Pankreas: PAC-MANN

PAC-MANN adalah tes darah inovatif untuk mendeteksi kanker pankreas pada tahap awal, menawarkan akurasi 90% dan dapat digunakan untuk skrining rutin. Penelitian ini memiliki potensi untuk menyelamatkan nyawa dengan mendeteksi penyakit lebih awal, dan tidak memerlukan peralatan canggih untuk implementasi.

Sebuah tes darah untuk kanker pankreas yang disebut PAC-MANN dapat mendeteksi tanda-tanda penyakit ini pada tahap awal. Penelitian ini dilaporkan pada 12 Februari di Science Translational Medicine. Menurut Jared Fischer, penulis studi dan ahli biologi molekuler di Oregon Health and Science University, tes ini dapat memberikan cara sederhana bagi dokter untuk menangkap kanker ini lebih awal, sebelum terlambat untuk pengobatan. Kanker pankreas dikenal sulit didiagnosis dan mengklaim lebih dari 50.000 nyawa setiap tahunnya.

PAC-MANN, atau Protease-Activated Magnetic Nanosensor, mengeksploitasi protease, yakni protein yang membantu tumor tumbuh. Nanosensor ini terbuat dari magnet yang terhubung dengan molekul fluoresen. Dalam pengujian pada 178 sampel darah, PAC-MANN mampu memprediksi keberadaan kanker dengan akurasi 90%, mengidentifikasi 40 dari 55 pasien kanker dan 120 dari 123 tanpa kanker.

Saat ini, tim peneliti sedang memvalidasi hasil mereka dengan sampel yang lebih besar dan mencari kelayakan untuk uji klinis. Diharapkan PAC-MANN dapat digunakan untuk skrining rutin di klinik tanpa memerlukan peralatan pencitraan yang rumit, sehingga berpotensi membantu populasi yang kurang terlayani.

PAC-MANN menawarkan harapan baru untuk deteksi dini kanker pankreas serta kemudahan akses bagi masyarakat yang membutuhkan. Dengan potensi digunakannya tes ini dalam pemeriksaan berkala, harapan untuk penanganan yang lebih efektif menjadi lebih nyata.

PAC-MANN adalah terobosan dalam deteksi dini kanker pankreas, dengan kemampuan untuk meningkatkan diagnosis pada tahap awal. Dengan akurasi 90% dalam uji coba, alat ini memegang potensi besar untuk digunakan secara luas dalam skrining kesehatan, terutama di daerah kurang terlayani.

Sumber Asli: www.sciencenews.org

About Aisha Tariq

Aisha Tariq is an accomplished journalist with expertise spanning political reporting and feature writing. Her travels across turbulent regions have equipped her with a nuanced perspective on global affairs. Over the past 12 years, Aisha has contributed to various renowned publications, bringing to light the voices of those often marginalized in traditional media. Her eloquent prose and insightful commentaries have garnered her both reader trust and critical acclaim.

View all posts by Aisha Tariq →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *