Studi Baru Kemungkinan Mempersembahkan Pengobatan Kanker Paru yang Lebih Personal

Dr. Milica Momcilovic dari UCLA meneliti lung squamous cell carcinoma (LUSC), yang kurang mendapat manfaat dari terapi terarah. Dengan dukungan American Lung Association, dia mengeksplorasi penggunaan terapi anti-estrogen untuk wanita. Penelitiannya berfokus pada resistensi terapi yang mungkin dipengaruhi oleh hormon estrogen, dan bertujuan mengembangkan terapi yang lebih efektif dan pribadi.

Lung squamous cell carcinoma (LUSC) adalah sejenis kanker paru non-sel kecil yang berasal dari sel skuamosa di saluran pernapasan. Ini sering terkait dengan riwayat merokok dan menyumbang sekitar sepertiga dari semua kasus kanker paru. Berbeda dengan jenis kanker paru lainnya, LUSC kurang mendapat manfaat dari terapi terarah karena sedikit mutasi pada gen penyebab kanker.

Dr. Milica Momcilovic dari UCLA sedang menyelidiki ketahanan LUSC terhadap terapi terarah, dengan fokus pada potensi terapi anti-estrogen bagi wanita. Diperkirakan, pada 2024, sekitar setengah dari 125.000 kematian akibat kanker paru di AS akan terjadi pada wanita. “Kita tidak memiliki perawatan yang dirancang khusus untuk pasien wanita karena kurangnya pemahaman tentang perbedaan respons terhadap pengobatan antara pria dan wanita,” jelasnya.

Tujuan Dr. Momcilovic adalah mengembangkan perawatan kanker paru yang lebih personal dengan memahami karakteristik tumor unik setiap pasien. Dia ingin mengidentifikasi biomarker yang memprediksi efektivitas pengobatan dan menemukan kombinasi terapi baru yang lebih efektif. Saat ini, dia melakukan eksperimen menggunakan sel kanker paru dan model tikus untuk mempelajari fungsi kanker.

Salah satu protein yang diteliti adalah mTOR, yang mengontrol pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel. Penemuan terbaru menunjukkan bahwa obat TAK228 yang menghambat mTOR dapat memperlambat pertumbuhan tumor LUSC, tetapi beberapa tumor tetap resisten. “Tikus jantan lebih sensitif terhadap TAK228 dibandingkan betina karena kadar estrogen yang lebih tinggi pada tikus betina,” ungkapnya.

Selain itu, Dr. Momcilovic juga menemukan gen GPER yang menjaga jalur sinyal mTOR tetap aktif. Penelitiannya bertujuan untuk memahami bagaimana GPER dan molekul lain berkontribusi pada ketahanan terapi. “Identifikasi strategi baru untuk mengatasi resistensi terhadap terapi dapat meningkatkan respons terapeutik dan kualitas hidup pasien kanker paru wanita,” tutup Dr. Momcilovic.

Penelitian oleh Dr. Milica Momcilovic dapat membuka jalan baru dalam pengobatan kanker paru, terutama bagi pasien wanita. Dengan memahami mekanisme ketahanan terhadap terapi, peneliti berupaya menemukan perawatan yang lebih efektif dan personalized. Hasilnya dapat berdampak signifikan pada tingkat kelangsungan hidup dan kualitas hidup pasien.

Sumber Asli: www.lung.org

About Chloe Kim

Chloe Kim is an innovative journalist known for her work at the intersection of culture and politics. She has a vibrant career spanning over 8 years that includes stints in major newsrooms as well as independent media. Chloe's background in cultural studies informs her approach to reporting, as she amplifies stories that highlight diverse perspectives and experiences. Her distinctive voice and thought-provoking articles have earned her a loyal following.

View all posts by Chloe Kim →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *