Manajemen Kesulitan Bernapas Pada Pasien Kanker Paru

Pengelolaan kesulitan bernapas pada pasien kanker paru perlu kombinasi intervensi non-farmakologis dan farmakologis. RDSI efektif dalam mengurangi gejala sesak napas, batuk, dan kelelahan. Pendidikan para tenaga kesehatan juga kunci dalam implementasi strategi ini untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Manajemen gejala kesulitan bernapas pada pasien kanker paru sangat penting, terutama melalui integrasi intervensi non-farmakologis dengan pengobatan farmakologis. Menurut Dr. Shanada Monestime, intervensi gejala kesulitan bernapas (RDSI) bisa meningkatkan gejala seperti sesak napas, batuk, dan kelelahan. Ketiga gejala ini sering kali saling memengaruhi dan menurunkan kualitas hidup. Sebuah uji coba terkendali menunjukkan bahwa RDSI lebih efektif dibandingkan perawatan standar dalam mengurangi gejala ini di antara 263 pasien di Inggris.

Tenaga kesehatan dilatih untuk menerapkan RDSI, meliputi teknik pernapasan terkontrol, teknik penekanan batuk, dan akupresur. Strategi tersebut dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan kanker paru. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50–70% pasien kanker paru mengalami sesak napas, serta lebih dari 60% mengalami batuk, yang berkontribusi pada kelelahan.

Dr. Monestime menekankan pentingnya intervensi non-farmakologis sebagai langkah awal sebelum pengobatan farmakologis. ASCO memberikan pedoman untuk mengelola kelelahan dan sesak napas dalam kasus kanker lanjut. Namun, belum ada pedoman khusus untuk manajemen batuk. Oleh karena itu, RDSI yang berfokus pada teknik penekanan batuk patut diperhatikan.

Prioritas dalam pengelolaan gejala adalah mengidentifikasi dan mengatasi penyebab yang dapat dibalik, seperti anemia yang umum terjadi pada pasien kanker. Penanganan komorbid seperti PPOK dan asma juga sangat penting. Proses ini melibatkan screening rutin untuk gejala-gejala tersebut guna memperbaiki kondisi pasien secara signifikan.

Manajemen gejala kesulitan bernapas pada pasien kanker paru melibatkan kombinasi intervensi non-farmakologis dan farmakologis. Terapi seperti RDSI menunjukkan efektivitas dalam mengurangi sesak napas, batuk, dan kelelahan, dan penting untuk mengidentifikasi penyebab yang dapat dibalik untuk hasil yang lebih baik. Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan sangat penting dalam hal ini.

Sumber Asli: www.pharmacypracticenews.com

About Samuel Miller

Samuel Miller is a veteran journalist with more than 20 years of experience in print and digital media. Having started his career as a news reporter in a small town, he rose to prominence covering national politics and economic developments. Samuel is known for his meticulous research and ability to present complex information in a reader-friendly manner. His dedication to the craft of journalism is matched only by his passion for ensuring accuracy and accountability in reporting.

View all posts by Samuel Miller →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *