Pendekatan Baru dalam Terapi Radiasi Kanker Payudara

– Terapi radiasi sangat penting untuk pengobatan kanker payudara. – Lumpektomi lebih dipilih dibandingkan mastektomi. – Terapi radiasi pasca lumpektomi dapat mengurangi risiko kekambuhan. – Pendekatan baru seperti FLASH menawarkan efisiensi tanpa efek samping signifikan.

Terapi radiasi merupakan komponen penting dalam pengobatan kanker payudara, dengan lebih dari 50% pasien menjalani terapi ini dalam proses pengobatan. Dr. Frederick M. Dirbas dari Stanford menjelaskan perpaduan antara pembedahan dan terapi radiasi, serta potensi terapi radiasi yang lebih efisien dengan efek samping yang lebih sedikit.

Pasien kanker payudara memiliki opsi antara mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) dan lumpektomi (pengangkatan tumor dan jaringan sehat sekitar). Lebih dari 60% pasien memilih lumpektomi, yang diikuti dengan terapi radiasi untuk menghapus sel kanker yang tersisa. Terapi radiasi dapat menurunkan risiko kekambuhan kanker payudara.

Durasi terapi radiasi pasca lumpektomi semakin dipersingkat, dari enam minggu menjadi tiga minggu atau satu minggu pada pasien terpilih. Stanford mempelopori terapi radiasi payudara parsial yang memberikan dosis lebih fokus dan melindungi jaringan sehat di sekitarnya. Terapi radiasi intraoperatif juga tersedia, memberikan dosis radiasi sekali pada saat lumpektomi.

Semakin banyak ahli bedah dan onkolog menjelajahi kemungkinan lumpektomi berulang diikuti dengan terapi radiasi untuk kekambuhan lokal. “Dulu, rekomendasi langsung adalah mastektomi, tetapi kini ada ketertarikan untuk menawarkan lumpektomi ulang dan terapi radiasi, agar pasien tetap bisa mempertahankan payudaranya.” Uji coba untuk menetapkan standar di bidang ini sedang berlangsung.

Biopsi kelenjar sentinel kini menggantikan pengangkatan banyak kelenjar getah bening, mengurangi risiko limfedema. Rencananya, pasien akan dikelola dengan biopsi kelenjar sentinel atau kombinasi dengan terapi radiasi agar lebih efektif.

Terdapat dua alasan utama untuk perbaikan terapi radiasi:
1. Kualitas hidup: Banyak pasien mengalami efek samping seperti kelelahan dan kulit kering.
2. Kuantitas pasien: Diproyeksikan ada lebih dari 4 juta penyintas kanker payudara yang akan menjalani terapi radiasi pada tahun 2030.

Pendekatan baru dalam terapi radiasi adalah FLASH (terapi radiasi dosis tinggi ultra-cepat), yang lebih cepat 100 kali dibandingkan terapi radiasi konvensional. Terapi ini mengaburkan jaringan sehat sambil tetap efektif membunuh sel kanker, dengan beberapa uji coba manusia sedang berlangsung.

Pada penelitian pilot, Dr. Dirbas membuktikan bahwa FLASH seefektif terapi radiasi konvensional dalam membunuh tumor kanker payudara. Kolaborasi dengan Stanford berfokus pada memahami efek FLASH pada tumor manusia dan membandingkannya dengan terapi konvensional. FLASH diharapkan memberikan kenyamanan lebih bagi pasien tanpa meningkatkan risiko efek samping.

Sebelumnya, diyakini terapi radiasi hanya merusak DNA sel kanker. Kini, pengaruh terapi pada sistem kekebalan juga diperhatikan. Penelitian terus dilakukan tentang bagaimana terapi radiasi bisa meningkatkan efek anti-kanker dengan juga meminimalisir komplikasi jangka panjang.

“Kami berusaha memahami penyebab kanker payudara dan mencari cara pengobatan yang lebih aman dan efektif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien,” ujar Dr. Dirbas.

Terapi radiasi untuk kanker payudara terus berkembang dengan pendekatan baru seperti FLASH, yang berpotensi menawarkan manfaat lebih besar dengan efek samping lebih sedikit. Penelitian lebih lanjut akan membantu memahami interaksi antara terapi radiasi dan sistem kekebalan, yang dapat meningkatkan efisiensi pengobatan dan kualitas hidup pasien. Kolaborasi multidisiplin penting dalam mencari solusi terbaik bagi pasien kanker payudara.

Sumber Asli: med.stanford.edu

About Aisha Tariq

Aisha Tariq is an accomplished journalist with expertise spanning political reporting and feature writing. Her travels across turbulent regions have equipped her with a nuanced perspective on global affairs. Over the past 12 years, Aisha has contributed to various renowned publications, bringing to light the voices of those often marginalized in traditional media. Her eloquent prose and insightful commentaries have garnered her both reader trust and critical acclaim.

View all posts by Aisha Tariq →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *