AI Dapat Meningkatkan Deteksi Kanker Serviks

AI dapat meningkatkan akurasi dan efisiensi skrining kanker serviks, terutama di negara berkembang. WHO menargetkan 70% wanita untuk di-screening pada tahun 2030. AI juga dapat mengotomatisasi analisis citra medis dan meningkatkan kolposkopi, meski ada tantangan dalam hal data dan etika yang perlu diatasi.

Kecerdasan buatan (AI) berpotensi meningkatkan skrining kanker serviks dengan meningkatkan akurasi dan efisiensi, sebagaimana dibahas dalam artikel ulasan terbaru oleh Wu et al di Cancer Biology & Medicine. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti dari Akademi Ilmu Kedokteran Tiongkok dan Peking Union Medical College, bekerja sama dengan International Agency for Research on Cancer, untuk menjawab kebutuhan skrining yang lebih efektif di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Kanker serviks menjadi ancaman kesehatan signifikan bagi wanita di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Meski ada langkah pencegahan, faktor seperti keterbatasan sumber daya kesehatan dan program skrining yang kurang memadai terus menghambat upaya eliminasi penyakit ini. WHO menargetkan 70% wanita berusia 35 hingga 45 tahun untuk di-screening pada tahun 2030 agar dapat menurunkan angka kematian.

Artikel ini menyelidiki potensi AI dalam skrining kanker serviks dengan fokus pada pengenalan citra medis untuk mendeteksi sitologi abnormal. AI mampu meniru interpretasi manusia pada citra medis menggunakan algoritma pembelajaran mendalam, memungkinkan deteksi kanker serviks yang lebih akurat. AI juga dapat mengotomatisasi segmentasi dan klasifikasi gambar sitologi, yang penting untuk diagnosis dini.

Lebih jauh, AI meningkatkan kolposkopi, prosedur yang biasanya terhambat oleh interpretasi subjektif. Dengan mengintegrasikan AI, skrining menjadi lebih objektif dan efisien. Model prediksi risiko di mana data klinis digunakan untuk memprediksi perkembangan infeksi HPV berisiko tinggi juga dibahas, memberikan pendekatan personal dalam skrining.

“AI memiliki kemampuan untuk merevolusi skrining kanker serviks dengan memberikan deteksi otomatis yang objektif dan tidak bias,” kata penulis utama Youlin Qiao, MD, PhD. Meskipun janji AI besar, ada beberapa kendala yang harus diatasi untuk integrasi klinis yang luas, termasuk standarisasi data, integrasi etis, interpretabilitas model, dan validasi di berbagai konteks.

Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum terjadi pada wanita, terutama di negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah. Meski ada metode pencegahan, seperti vaksinasi HPV dan skrining, masih banyak tantangan yang menghambat deteksi dini dan perawatan yang efektif. Kecerdasan buatan diharapkan dapat mengatasi tantangan ini dengan menyediakan solusi inovatif yang dapat meningkatkan akurasi diagnosa dan memperluas akses skrining, sehingga bisa lebih banyak wanita mendapatkan perawatan yang diperlukan.

AI dapat meningkatkan skrining kanker serviks melalui deteksi yang lebih akurat dan efisien, berpotensi merevolusi cara kita menangani penyakit ini. Namun, untuk mencapai integrasi yang sukses dalam praktik klinis, tantangan dalam hal data, etika, dan validasi harus diatasi. Melalui pendekatan yang cermat dan kolaboratif, AI dapat membantu mendekatkan kita pada eliminasi kanker serviks secara global.

Sumber Asli: ascopost.com

About Samuel Miller

Samuel Miller is a veteran journalist with more than 20 years of experience in print and digital media. Having started his career as a news reporter in a small town, he rose to prominence covering national politics and economic developments. Samuel is known for his meticulous research and ability to present complex information in a reader-friendly manner. His dedication to the craft of journalism is matched only by his passion for ensuring accuracy and accountability in reporting.

View all posts by Samuel Miller →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *