Peneliti NUS mengembangkan nanopartikel emas bertag DNA untuk terapi kanker yang lebih tepat. Penelitian ini menunjukkan bahwa nanopartikel dengan bentuk tertentu dapat menghantarkan obat dan memanaskan sel tumor secara efektif. Metode baru ini juga berpotensi digunakan dalam aplikasi terapeutik lainnya.
Tim peneliti dari Universitas Nasional Singapura (NUS) mengembangkan metode baru yang memanfaatkan nanopartikel emas bertag DNA untuk meningkatkan keakuratan terapi kanker. Dipimpin oleh Asisten Profesor Andy Tay, penelitian ini menunjukkan bahwa nanopartikel emas dengan bentuk tertentu, seperti segitiga, lebih efektif dalam menghantarkan asam nukleat terapeutik dan memanaskan sel tumor selama photothermal therapy, membuka jalan untuk pengobatan kanker yang lebih aman dan efektif.
Metode ini, yang dipublikasikan di Advanced Functional Materials pada 24 November 2024, memungkinkan pemantauan desain nanopartikel secara bersamaan, meminimalkan biaya penyaringan. Selain terapi kanker, teknik ini juga dapat diterapkan pada pengiriman RNA dan penargetan penyakit spesifik organ.
Ukuran dan bentuk nanopartikel memainkan peran penting. Nanopartikel emas yang sangat kecil dapat digunakan sebagai agen terapeutik, khususnya dalam terapi fototermal, di mana partikel-partikel ini mengubah cahaya menjadi panas untuk membunuh sel kanker. Namun, nanopartikel perlu mencapai lokasi target dengan sukses.
Dengan menandai setiap nanopartikel menggunakan urutan DNA unik, tim peneliti dapat melacak dan memantau berbagai desain nanopartikel dalam sistem biologis. Proses thiol-fungsionalisasi memastikan DNA tetap stabil dan tidak mengganggu proses pengambilan sel.
Penelitian menunjukkan bahwa meski nanopartikel bulat kurang efisien dalam kultur sel, mereka mampu menargetkan tumor secara efektif dalam model praklinis. Untuk nanopartikel segitiga, hasil menunjukkan tingginya efisiensi penyerapan sel dan pemanfaatan fototermal.
Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman interaksi nanopartikel dengan sistem biologis, memperbaiki ketidaksamaan antara hasil in vitro dan in vivo. Peneliti juga berencana mengeksplorasi bentuk nanopartikel lainnya, membuka peluang untuk pengiriman obat yang lebih beragam.
Selanjutnya, tim sedang memperluas koleksi nanopartikel menjadi 30 desain untuk menemukan kandidat yang mampu menargetkan organ sub-seluler. Hasil penelitian ini berpotensi memperdalam pemahaman tentang biologi RNA dan meningkatkan teknik pengiriman RNA dalam terapi penyakit.
Penelitian NUS ini berhasil menunjukkan potensi nanopartikel emas bertag DNA dalam meningkatkan presisi terapi kanker. Mengadaptasi desain nanopartikel sesuai preferensi sel target dapat mengoptimalkan pengiriman obat, membuatnya lebih aman dan efektif. Inovasi ini memberikan harapan baru untuk terapi kanker dan aplikasinya di bidang medis yang lebih luas.
Sumber Asli: www.news-medical.net